BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin
Tayyim bin Murrah. Lahir di mekkah dua tahun beberapa bulan setelah tahun
gajah. Rasulullah SAW menyifatinya dengan “atiq min an nar” (orang yang terbebas
dari neraka), sehingga dia lebih dikenal dengan nama “atiq’. Ada yang
mengatakan bahwa ia dipanggil dengan Atiq karna kebagusan rupanya. Sedangkan
gelar’ Shiddiq beliau peroleh setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah.
Ketika belaiu tanpa ragu-ragu membenarkan kejadian tersebut disaat orang lain
mendustakan dan menganggapnya sebagai hal yang mengada-ada.
Pada masa jahilliah beliau dikenal sebagai orang yang berakhlak
mulia, pandai bergaul, tidak minum khamr, dan memiliki ilmu tentang nasab dan
berita orang arab. setelah islam tiba, beliau termasuk deretan orang-orang
pertama yang masuk islam. beliau memilki saham bagi perkembangan islam. Banyak
sahabat-sahabat masuk islam karna beliau, seperti Usman bin Affan, Zubair bin
Awwam, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah.
Abu bakar menemani Nabi ketika hijrah ke Madinah. Beliau tidak
pernah absen ikut berperang bersama Nabi SAW. Pada masa mudanya beliau adalah
seorang pedagang. Ketika masuk islam, modal dasar beliau sebesar empat puluh
ribu dirham. Beliau banyak menginfakkan hartanya untuk kepentingan dakwah,
terutama untuk membebaskan orang-orang yang tertindas dan budak muslim. Ketika
hijrah, sisa uangnya tinggal lima ribu dirham, beliau bawa saat hijrah dan
beliau serahkan pengelolahannya kepada Rasulullah.
Rasulullah SAW mengabarkan berita gembira bahwa tempat abu bakar
adalah surga. Beliau adalah teman diskusi Rasulullah, mertua Rasulullah, beliau
meriwayatkan hadits sebanyak 142 hadits. Abu bakar meningal dunia pada bulan
jumadil akhir tahun ke-13 H, dalam usia 63 tahun.[1]
1.2 Maksud dan tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini agar pembaca dapat mempelajari,
memahami, dan mengambil pelajaran dari strategi dakwah Abu bakar as-shiddiq.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Abu Bakar Menjadi Khalifah, Pemberantasan kaum Riddah, Nabi
Palsu, Pembangkang Zakat
A. Abu Bakar Menjadi Khalfah
Abu bakar memerintah selama dua setengah tahun, tepatnya dua tahun
tiga bulan dua puluh hari. Dipandang dari hitungan waktu memang masa
pemerintahan beliau sangatlah singkat, tetapi apa yang dicapai Abu bakar jauh
melampaui masa yang tersedia. Semasa Rasulullah hidup, Rasulullah sering kali
menunjuk Abu bakar untuk mendampingi beliau disaat-saat penting atau jika
berhalangan, Rasul mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani tugas-tugas
keagamaan atau mengurusi persoalan-persoalan aktual madinah. Dan setelah
Rasululah wafat Abu bakar di angkat sebagai khalifah untuk memimpin umat.
Pidato inaugurasi yang diucapkan sehari setelah pengangkatannya,
menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu bakar terhadap nilai-nilai
islam dan strategi meraih keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggalan nabi.
Inilah sebagian kutipan khutbah Abu bakar yang terkenal itu.
“Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,
padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku dapat
menunaikan tugasku dengan baik, bantulaj (ikutlah) aku. Tetapi jikalu aku
berlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah
sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan orang yang kamu lihat
lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka
hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan rasulnya, namun
bila mana aku tiada taat kepada allah dan rasulnya, kmu tidaklah perlu
mentaatiku”[2].
Di saat amanah pemerintahan baru saja diembankan kepada Abu bakar,
tiba- tiba madinah di kejutkan oleh gerakan yang mengerogoti sistem islam yang
meluas hampir keseluruh semenanjung arabiah.
B. Murtad Dari
Agama
Mereka adalah orng-orng yang lemah imannya dan masuk islam hanya
formalitas. mereka melepaskan kesetiaan dengan menolak memberi bai’at kepada
khalifah yang baru dan bahkan menentang agama islam, karna mereka menganggap
bahwa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama Muhammad dengan sendirinya
batal disebabkan kematian Nabi islam itu.
Sesungguhnya tidaklah mengherankan dengan banyaknya suku arab yang
melepaskan diri dari ikatan agama islam. mereka adalah orang-orang yang baru
masuk islam. belum cukup waktu bagi nabi dan para sahabatnya untuk mengajari
mereka prinsip-prinsip keimanan dan ajaran islam. memang, suku-suku arabia dari
padang pasir yang jauh itu telah datang
kepada nabi dan mendapat kesan dalam tentang islam, mereka hanyalah setitik
air di samudra. Di dalam waktu beberapa bulan tidaklah mungkin bagi nabi dapat
mengatur pendidikan dan atau latihan yang efektif untuk masyarakat yang
terpencar di wilayah-wilayah yang amat luas dengan sarana komunikasi yang
sangat minim waktu itu.
Gerakan melepas kesetiaan tersebut dinamakan “Riddah”. Riddah
berarti murtad, beralih agama dari islam ke kepercayaan semula, secara politis
merupakan pembangkangan (distortion) terhadap lembaga khalifah[3].
Sikap mereka adalah perbuatan makar yang melawan agama dan pemerintahan
sekaligus.
Oleh karna itu, khalifah dengan tegas melancarkan operasi
pembersihan terhadap mereka. Ibn Hisyam pernah berkata, telah berkata kepadaku
abu ubaidah dan para ulama lainnya, ketika Rasul wafat kebanyakan dari penduduk
mekkah ingin kembali murtad keluar dari islam, hingga ‘Itab bin husaid
mengkhawatirkan keberadaan mereka dan bersembunyi. Berdirilah suhail bin amru,
dan memulai pidatonya dengan memuji Allah, kemudian ia menyebutkan perihal
wafatnya Rasulullah sembari berkata,”kematian Rasulullah SAW tidak menambah islam
kecuali semakin kuat, maka barang siapa kami curigai keluar dari agama ini akan
aku penggal kepalanya[4]!”
B. Nabi Palsu
Sebagian fenomena ini sudah muncul pada masa nabi, tetapi wafatnya
Nabi mereka anggap sebagai kesempatan untuk tampil terang-terangan. Cukup
banyak orang yang bergabung dengan mereka. diantara isu yang mereka bawa adalah
penolakan kekuasaan ditangan quraisy dan isu fanatik kesukuan. Adapun orang
yang mengaku sebagi nabi seperti, Musailamah al_kazzab dari bani hanif,
Al-aswad al-‘insi dari yaman, Thalhah bin khuwailid dari bani asad, dan Sajjah
dari bani tamim[5].
Sebagian besar orang-orang di Yamamah bergabung bersama musailamah
al-kazzab, dan bani asad maupun thayyi bergabung dengan thulaihah al-asadiah.
Suasana semakin kacau balau, sementara asshidik tetap memberangkatkan pasukan
usamah yang mebuat bala tentara di Madinah semakin berkurang. Akhirnya keadaan
ini membuat bnyak dari suku arab bersiap-siap untuk menghabisi dan merebut kota
Madinah, namun abu bakar cepat tanggap dengan mendirikan pos-pos keamanan
disekitar kota dan menunjuk pera pemimpin pos-pos tersebut, diantaranya Ali bin
Abi thalib, Azzubair bin Al-awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi
waqqosh, Abdurrahan bin Auf, dan Abdullah bin Masud.
C. Pembangkang
zakat
Adapun orang-orang yang enggan membayar zakat, di antaranya karena
mereka mengira bahwa zakat adalah serupa pajak yang dipaksakan dan
penyerahannya ke perbendaharaan pusat di Madinah sama artinya dengan penurunan
kekuasaan’; suatubsikap yang tidak disukai oleh suku-suku arab karena
bertentangan dengan karakter mereka yang independen. Alasan lainnya adalah
karena kesalahan memahami ayat Al-quran yang menerangkan mekanisme pemungutan
zakat (surat at-taubat:301)[6].
Mereka berkata,”kami tidak akan bayar zakat kami kecuali kepada
orang yang do’anya dapat menentamkan hati kami, bahkan diantara mereka ada yang
membuat sya’ir:
kami akan selalu patuh ketika Rasulullah ada di antara kami
alangkah aneh, kenapa kami harus patuh kepada abu bakar[7].
Abu bakar mempelajari fenomena itu dengan saksama dan sampai pada
kesimpulan bahwa tiga gerakan tersebut bermaksud untuk menghancurkan islam dari
akarnya. Akhirnya Abu bakar memutuskan untuk menghadapi semua gerakan itu dengan
tindakan tegas.
Meskipin sikap tegas Abu bakar terutama dalam menghadapi
pembangkang zakat tidak disetujui oleh sebagian kalang yang berpendapat bahwa
apa yang mereka lakukan adalah hasil ta’wil mereka terhadap Al-quran. Para
perawih hadits selain Ibnu majah meriwayatkan dalam kitab-kitab mereka dari Abu
hurairah bahwa Umar bin al-khattab berkata Abu bakar,”mengapa anda akan
menumpas mereka? sementara Rasuslullah SAW telah bersabada,” aku di
perintahkan memerang manusia hingga mereka mengucapkan asyhadi alla ilaha
illallah wa anna muhammad rasululluah, jika mereka menyatakannya maka harta dan
darah mereka terjaga dariku untuk ditumpahkan dan dirampas kecuali dengan
haknya? maka Abu bakar menjawab,” demi allah andi saja mereka enggan untuk
menyerahkan anak unta yang sebelumnya mereka serahkan kepada Rasulullah,
pastilah akan ku perangi mereka semua karenanya. Sesungguhnya zakat itu adalah
hak harta. Dan demi Allah aku pasti akan memerangi orang yang membedakan antara
shalat dan zakat.
Akhirnya sahabat lain menerima sikap Abu bakar tersebut, dan
membela kebijakan beliau. Tindakan tegas ini mendatangkan kebaikan yang sangat
besar buat kaum muslimin.
Abu bakar menyiapkan pasukan besar untuk memerangi para murtaddin,
dan abu bakar juga mengirim surat kepada pembangkang zakat mengajak mereka
untuk kembali kepada islam yang benar dan menjelaskan kepada mereka kesalah
pahaman mereka. Barang siapa yang menyadari kesalahannya, maka mereka akan
dimaafkan, dan barang siapa yang ngotot dengan pendapatnya, maka akan ada
pasukan yang akan membersihkan mereka.
Di antara hasil dari operasi yang dilancarkan Abu bakar sebagai
berikut:
a)
Musailamah
al-kazzab terbunuh di tangan Wasyi si pembunuh Hamzah, pengikutnya dan
orang-orang yang terpengaruh dengan ajarnya mereka melarikan diri.
b)
Thalhah
bin khuwailid melarikan diri ke Syam dan tidak mampu menghadapi pasukan Khalid
bin walid. Kemudian dia masuk islam kembali dan menjadi muslim yang baik.
c)
Sedangkan
Sajjah at-tamimiyah, setelah bermaksud berangkat ke Yamamah untuk bergabung dengan
Musailamah, akhirnya mengurungkan niatnya dan pulang ke negrinya karna
mendengar pasukan Khalid sudah mulai dekat.
d)
Sedangkan
pasukan lainnya melakukan operasi di seluruh jazirah arabia, memberikan
pengajaran kepada pembangkang dan mengembalikan kepada islam orang yang murtad[8].
2.2 Perluasan Wilayah Pada Masa Abu Bakar
a. Bahrain Dan
Qatar
Orang Arab mengenal Bahrain sebagai kawasan yang memanjang dari
pantai teluk Arabia di antara Basyrah dan Oman. Sekarang kawasan Bahrain
meliputi negara Kuait, Ihsa, Qatardan Bahrain. Islam masuk dikawasan ini pada
zaman Nabi dengan cara damai, hasil dakwah nabi SAW. Melalui suratnya kepada
raja Mundzir bin saw’i, penguasa Bahrain saat itu,surat nabi tersebut dibawa
oleh al-‘ala’ bin hadhrami. isinya sebagai beriku:
Dari Muhammad rasulullah kepada Al-mundzir bin sawi’, salam atas
orang yang mengikuti hidayah. amma baa’d: Sesungguhnya aku mengajak kamu untuk
masuk islam.mari masuk islam niscaya kamu akan mendapatkan keselamatan, dan
Allah akan memmberikan buatmu pahala masuk islamnya orang-orang yang ada
dibawah kekuasaanmu. Dan ketahuilah bahwa agama yang aku bawa akan sampai ke
sesmua orang.”
Mundzir bin sawi’ lansung masuk islam setelah menerima surat
Rasullah SAW. Yang di ikuti juga oleh sebagian rakyatnya. Bagi yang belum masuk
islam, di minta kepada mereka untuk membayar jizyah.
Rasulullah SAW,juga menulis surat kepada penduduk isha’, dan
yamamah, mengajak seluruh penduduk untuk masuk islam. Banyak riwayat yang
menyebutkan bahwa mayoritas penduduk Arab disana masuk islam. Datang pula dua
utusan ke kawasan ini menyatakan kedudukannya kepada Rasulullah SAW, pertama
utusan Al-a’sad di bawah pimpinan Amr bin qois, dan yang kedua utusan Abdul
qois di bawah pimpinan jarud al-a’bdi.
Pada masa Abu bakar pitnah riddah juga sampai ke negri Bahrain. Abu
bakar mengirim Al-ala’ bin hadhrami yang memiliki ikatan historis dengan negri
ini untuk memadamkan fitnah riddah (gerakan murtad massal) di bantu oleh
pemimpin Abdul qois, Jarud al-a’bdi. alhamdulillah negri ini kembali ke penguasaan
islam.
b. Kuait
Abu bakar mengutus Kahlid bin walid untuk bergerak ke Iraq dan
dimulai dari kawasan Iraq yang paling atas, yaitu Ablah yang terletak di teluk
persia. Beliau berpesan agar bebuat baik dengan penduduk dan mengajak mereka
untuk msuk islam.
Pasukan bergerak menuju kawasan utara ke arah selatan negri Persia
dibawah pimpinan Khalid bin walid dan Mudsanna bin haritsah yang telah
berangkat sebelum Khalid. Abu bakar mengirim surat kepadanya agar taat kepada Khalid.
Panglima perang yang bergabung dalam pasukan tersebut adalah Iyad bin ghanam,
Madz’ur bin ‘adi al-‘ijli dan ‘Adi bin hatim
Penguasa wilayah selatan Iraq yang tunduk dibawah imperium Persia
adalah Hurmus. Khalid bin walid menulis surat kepadnya: amma ba’ad:” mari masuk
islam niscaya kamu akan selamat, atau jika tidak yakinlah bahwa kamu dan kaummu
menjadi ahlu zimmah dan berkewajiban membayar jizyah. jika kamu menolak ke
duanya, maka jangan salahkan kecuali dirimu. Aku telah membawa sebuah pasukan
yang kecintaanya dengan mati sama dengan semangatnya untuk hidup. Hurmus tidak
mengindahkan surat Khalid bahkan bersiap-siap untuk memerangi kaum muslimin.
pertempuran dzat as salasil terjadi di daerah yang sekarang yang
dinamakan Kuait dan berakhir dengan kemenangan dipihak kaum muslimin dan
terbunuhnya Hurnus. Akhirnya islam memasuki negeri Kuait dan darinya islam
menyebar ke Iraq dan Iran.
c. Iraq
Selesai menahlukkan yamamah, Abu bakar ash-shiddiq memerintahkan
Khalid bin Walid berjalan menuju iraq dan memulai penaklukan selat hindia
(Faraj al-Hindi) yaitu yang populer dengan nama Al-ubullah, kemudian barulah
menyisir irak dari bawah.
Abu bakar menginstruksikan kepada Khalid untuk menarik hati
masyarakat dan mendakwahi mereka kepada islam. Jika mereka tidak menerima maka
ambillah dari mereka jizyah. Dan jika mereka menolak jizyah maka perangilah
mereka. Abu bakar berpesan kepada Khalid agar tidak memaksa seorangpun untuk
ikut bersamanya. Dan jangan sampai Khalid meminta bantuan kepada kaum murtad.
Al-waqidi berkata, ahli sejarah berselisih pendapat. Ada yang
mengatakan bahwa Khalid lansung berangkat dari Yamamah menuju Iraq. Dan ada
yang berpendapat bahwa Khalid kembali terlebih dahulu ke Madinah baru berangkat
menuju Iraq melalui jalan Kufah hingga sampai di Herat.[9]
d. Syam
Sebelum wafat, Rasulullah mempersiapkan sebuah pasukan yang
dipimpin oleh Ussamah bin zaid ke Mu’tah dan lokasi terbunuh bapaknya. Nabi
berkata kepadanya:”Bergeraklah kamu dimana bapakmu terbunuh, tancapkan kaki
kuda ke daerah mereka, dan aku mengamanahkan kepadamu untuk memimpin pasukan
ini.”
Tetapi pasukan yang telah dipersiapkan nabi ini tidak jadi
berangkat karena nabi sakit yang mengantarkan beliau menghembuskan nafas
terakhir. Ketika Abu bakar menjadi khalifah, beliau meneruskan rencana
Rasulullah tersebut. Pasukan bergerak ke arah syam dan pulang ke Madinah
setelah kurang lebuh sebulan melakukan manuver-manuver diwilayah Syam.
Barang kali yang membuat nabi betul-betul bersikeras untuk mengutus
Ussamah adalah isyarat dari beliau untuk mengarahkan kaum muslimin agar
menyebarkan dakwah keluar jazirah arabiah. Abu bakar mengerti betul dengan
isyarat dari Rasulullah tersebut, sehingga beliau bergerak cepat mengirim Amr
bin ash, Yazid bin abi sufyan, Abu ubaidah bin jarrah dan Syurahbil bin hasanah
beseeta pasukan untuk menuju ke berbagai penjuru negri Syam, seperti Palestina,
Surya, Yordania, dan Libanon. Pada serangan pertama kaum muslimin tidak mampu
menghadapi pasukan romawi yang memilki perlengkapan dan pasukan yang amat
besar. Abu bakar yang selalu mengikuti perkembangan pertempuran memutuskan
untuk memanggil Khalid bin walid yang saat itu masih berada di wilayah Iraq
untuk membantu pasukan yang sudah berada di Syam.
2.3 Gerakan Pengumpulan Al-quran
Selama peperangan riddah, banyak qari (penghafal al-quran) yang
tewas. karena orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian al-quran, Umar
cemas jika bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi
dari Al-quran akn musnah. Karena itu menasehati Abu bakar untuk membuat suatu
kumpulan Al-quran. mulanya khalfah agak ragu untuk melakukan tugas ini karena
tidak menerima otoritas dari nabi, tetapi kemudian ia memberikan persetujuan
dan menugaskan Zaid bin sabit. Dan ini di riwayatkan juga oleh imam Bukhari
dalam sahihnya.[10]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dua tahun masa pemerintahan Abu bakar adalah masa yang penuh
berkah. Kembalinya negeri yang murtad ke pangkuan islam yang terjadi pada
zamannya, dan perluasan wilayah islam kepersia dan romawi juga di mulai pada
zamannya. Kesibukan untuk menjaga stabilitas pemerintahan dari rong-rong
internal, dan manuver yang tinggi dalam melakukan perluasan wilayah tidak
melupakan pemerintahan Abu bakar untuk mengerjakan proyek yang sangat krusial
bagi keutuhan ajaran islam, yaitu pengumpulan Al-quran, sehinggar dengan
kematian para qurra’ tidak berakibat kepada hilangnya pegangan umat islam.
3.2 Saran
Dengan meneliti strategi dakwah Abu bakar marilah kita mengambil
sebuah iktibar atau pelajaran dari kepemimpinan beliau menyusun sebuah strategi
dalam berdakwah.
[1]
. Wahyu Ilahi, S.AG, MA dan Harjani Hefni, LC.,MA, Pengantar Sejarah Dakwah,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hlm. 84
[2].
DR. Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Perpustakaan
Nasional, 1997, hlm.47
[3].
Ibid, hlm. 49
[4].
Ibnu Katsir, Al-Bidayatuh Wan Nihayah, Jakarta:Darul Haq, 2004, hlm.75
[5].
Wahyu Ilahi, S.AG, MA dan Harjani Hefni, LC., op.cit, hlm.85
[6].
DR. Ali Mufrodi, op.cit,hlm.49
[7].Ibnu
katsir,loc.cit
[8]. Wahyu
Ilahi, S.AG, MA dan Harjani Hefni, LC.MA, op.cit,hlm.87
[9]. ibnu
katsir,op.cit,hlm.119
[10]. Wahyu
Ilahi, S.AG, MA dan Harjani Hefni, LC.MA, op.cit,hlm.92
Tidak ada komentar:
Posting Komentar