Senin, 15 Desember 2014

strategi dakwah abu bakar



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Tayyim bin Murrah. Lahir di mekkah dua tahun beberapa bulan setelah tahun gajah. Rasulullah SAW menyifatinya dengan “atiq min an nar” (orang yang terbebas dari neraka), sehingga dia lebih dikenal dengan nama “atiq’. Ada yang mengatakan bahwa ia dipanggil dengan Atiq karna kebagusan rupanya. Sedangkan gelar’ Shiddiq beliau peroleh setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah. Ketika belaiu tanpa ragu-ragu membenarkan kejadian tersebut disaat orang lain mendustakan dan menganggapnya sebagai hal yang mengada-ada.
Pada masa jahilliah beliau dikenal sebagai orang yang berakhlak mulia, pandai bergaul, tidak minum khamr, dan memiliki ilmu tentang nasab dan berita orang arab. setelah islam tiba, beliau termasuk deretan orang-orang pertama yang masuk islam. beliau memilki saham bagi perkembangan islam. Banyak sahabat-sahabat masuk islam karna beliau, seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah.
Abu bakar menemani Nabi ketika hijrah ke Madinah. Beliau tidak pernah absen ikut berperang bersama Nabi SAW. Pada masa mudanya beliau adalah seorang pedagang. Ketika masuk islam, modal dasar beliau sebesar empat puluh ribu dirham. Beliau banyak menginfakkan hartanya untuk kepentingan dakwah, terutama untuk membebaskan orang-orang yang tertindas dan budak muslim. Ketika hijrah, sisa uangnya tinggal lima ribu dirham, beliau bawa saat hijrah dan beliau serahkan pengelolahannya kepada Rasulullah.
Rasulullah SAW mengabarkan berita gembira bahwa tempat abu bakar adalah surga. Beliau adalah teman diskusi Rasulullah, mertua Rasulullah, beliau meriwayatkan hadits sebanyak 142 hadits. Abu bakar meningal dunia pada bulan jumadil akhir tahun ke-13 H, dalam usia 63 tahun.[1]
1.2 Maksud dan tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini agar pembaca dapat mempelajari, memahami, dan mengambil pelajaran dari strategi dakwah Abu bakar as-shiddiq.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Abu Bakar Menjadi Khalifah, Pemberantasan kaum Riddah, Nabi Palsu, Pembangkang Zakat
A. Abu Bakar Menjadi Khalfah
Abu bakar memerintah selama dua setengah tahun, tepatnya dua tahun tiga bulan dua puluh hari. Dipandang dari hitungan waktu memang masa pemerintahan beliau sangatlah singkat, tetapi apa yang dicapai Abu bakar jauh melampaui masa yang tersedia. Semasa Rasulullah hidup, Rasulullah sering kali menunjuk Abu bakar untuk mendampingi beliau disaat-saat penting atau jika berhalangan, Rasul mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani tugas-tugas keagamaan atau mengurusi persoalan-persoalan aktual madinah. Dan setelah Rasululah wafat Abu bakar di angkat sebagai khalifah untuk memimpin umat.
Pidato inaugurasi yang diucapkan sehari setelah pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu bakar terhadap nilai-nilai islam dan strategi meraih keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggalan nabi. Inilah sebagian kutipan khutbah Abu bakar yang terkenal itu.
“Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulaj (ikutlah) aku. Tetapi jikalu aku berlaku salah, maka luruskanlah! Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan rasulnya, namun bila mana aku tiada taat kepada allah dan rasulnya, kmu tidaklah perlu mentaatiku”[2].
Di saat amanah pemerintahan baru saja diembankan kepada Abu bakar, tiba- tiba madinah di kejutkan oleh gerakan yang mengerogoti sistem islam yang meluas hampir keseluruh semenanjung arabiah.
B. Murtad Dari Agama
Mereka adalah orng-orng yang lemah imannya dan masuk islam hanya formalitas. mereka melepaskan kesetiaan dengan menolak memberi bai’at kepada khalifah yang baru dan bahkan menentang agama islam, karna mereka menganggap bahwa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama Muhammad dengan sendirinya batal disebabkan kematian Nabi islam itu.
Sesungguhnya tidaklah mengherankan dengan banyaknya suku arab yang melepaskan diri dari ikatan agama islam. mereka adalah orang-orang yang baru masuk islam. belum cukup waktu bagi nabi dan para sahabatnya untuk mengajari mereka prinsip-prinsip keimanan dan ajaran islam. memang, suku-suku arabia dari padang pasir yang jauh itu telah datang  kepada nabi dan mendapat kesan dalam tentang islam, mereka hanyalah setitik air di samudra. Di dalam waktu beberapa bulan tidaklah mungkin bagi nabi dapat mengatur pendidikan dan atau latihan yang efektif untuk masyarakat yang terpencar di wilayah-wilayah yang amat luas dengan sarana komunikasi yang sangat minim waktu itu.
Gerakan melepas kesetiaan tersebut dinamakan “Riddah”. Riddah berarti murtad, beralih agama dari islam ke kepercayaan semula, secara politis merupakan pembangkangan (distortion) terhadap lembaga khalifah[3]. Sikap mereka adalah perbuatan makar yang melawan agama dan pemerintahan sekaligus.
Oleh karna itu, khalifah dengan tegas melancarkan operasi pembersihan terhadap mereka. Ibn Hisyam pernah berkata, telah berkata kepadaku abu ubaidah dan para ulama lainnya, ketika Rasul wafat kebanyakan dari penduduk mekkah ingin kembali murtad keluar dari islam, hingga ‘Itab bin husaid mengkhawatirkan keberadaan mereka dan bersembunyi. Berdirilah suhail bin amru, dan memulai pidatonya dengan memuji Allah, kemudian ia menyebutkan perihal wafatnya Rasulullah sembari berkata,”kematian Rasulullah SAW tidak menambah islam kecuali semakin kuat, maka barang siapa kami curigai keluar dari agama ini akan aku penggal kepalanya[4]!”
B. Nabi Palsu
Sebagian fenomena ini sudah muncul pada masa nabi, tetapi wafatnya Nabi mereka anggap sebagai kesempatan untuk tampil terang-terangan. Cukup banyak orang yang bergabung dengan mereka. diantara isu yang mereka bawa adalah penolakan kekuasaan ditangan quraisy dan isu fanatik kesukuan. Adapun orang yang mengaku sebagi nabi seperti, Musailamah al_kazzab dari bani hanif, Al-aswad al-‘insi dari yaman, Thalhah bin khuwailid dari bani asad, dan Sajjah dari bani tamim[5].
Sebagian besar orang-orang di Yamamah bergabung bersama musailamah al-kazzab, dan bani asad maupun thayyi bergabung dengan thulaihah al-asadiah. Suasana semakin kacau balau, sementara asshidik tetap memberangkatkan pasukan usamah yang mebuat bala tentara di Madinah semakin berkurang. Akhirnya keadaan ini membuat bnyak dari suku arab bersiap-siap untuk menghabisi dan merebut kota Madinah, namun abu bakar cepat tanggap dengan mendirikan pos-pos keamanan disekitar kota dan menunjuk pera pemimpin pos-pos tersebut, diantaranya Ali bin Abi thalib, Azzubair bin Al-awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi waqqosh, Abdurrahan bin Auf, dan Abdullah bin Masud.

C. Pembangkang zakat
Adapun orang-orang yang enggan membayar zakat, di antaranya karena mereka mengira bahwa zakat adalah serupa pajak yang dipaksakan dan penyerahannya ke perbendaharaan pusat di Madinah sama artinya dengan penurunan kekuasaan’; suatubsikap yang tidak disukai oleh suku-suku arab karena bertentangan dengan karakter mereka yang independen. Alasan lainnya adalah karena kesalahan memahami ayat Al-quran yang menerangkan mekanisme pemungutan zakat (surat at-taubat:301)[6].
Mereka berkata,”kami tidak akan bayar zakat kami kecuali kepada orang yang do’anya dapat menentamkan hati kami, bahkan diantara mereka ada yang membuat sya’ir:
kami akan selalu patuh ketika Rasulullah ada di antara kami
alangkah aneh, kenapa kami harus patuh kepada abu bakar[7].
Abu bakar mempelajari fenomena itu dengan saksama dan sampai pada kesimpulan bahwa tiga gerakan tersebut bermaksud untuk menghancurkan islam dari akarnya. Akhirnya Abu bakar memutuskan untuk menghadapi semua gerakan itu dengan tindakan tegas.
Meskipin sikap tegas Abu bakar terutama dalam menghadapi pembangkang zakat tidak disetujui oleh sebagian kalang yang berpendapat bahwa apa yang mereka lakukan adalah hasil ta’wil mereka terhadap Al-quran. Para perawih hadits selain Ibnu majah meriwayatkan dalam kitab-kitab mereka dari Abu hurairah bahwa Umar bin al-khattab berkata Abu bakar,”mengapa anda akan menumpas mereka? sementara Rasuslullah SAW telah bersabada,” aku di perintahkan memerang manusia hingga mereka mengucapkan asyhadi alla ilaha illallah wa anna muhammad rasululluah, jika mereka menyatakannya maka harta dan darah mereka terjaga dariku untuk ditumpahkan dan dirampas kecuali dengan haknya? maka Abu bakar menjawab,” demi allah andi saja mereka enggan untuk menyerahkan anak unta yang sebelumnya mereka serahkan kepada Rasulullah, pastilah akan ku perangi mereka semua karenanya. Sesungguhnya zakat itu adalah hak harta. Dan demi Allah aku pasti akan memerangi orang yang membedakan antara shalat dan zakat.
Akhirnya sahabat lain menerima sikap Abu bakar tersebut, dan membela kebijakan beliau. Tindakan tegas ini mendatangkan kebaikan yang sangat besar buat kaum muslimin.
Abu bakar menyiapkan pasukan besar untuk memerangi para murtaddin, dan abu bakar juga mengirim surat kepada pembangkang zakat mengajak mereka untuk kembali kepada islam yang benar dan menjelaskan kepada mereka kesalah pahaman mereka. Barang siapa yang menyadari kesalahannya, maka mereka akan dimaafkan, dan barang siapa yang ngotot dengan pendapatnya, maka akan ada pasukan yang akan membersihkan mereka.
Di antara hasil dari operasi yang dilancarkan Abu bakar sebagai berikut:
a)      Musailamah al-kazzab terbunuh di tangan Wasyi si pembunuh Hamzah, pengikutnya dan orang-orang yang terpengaruh dengan ajarnya mereka melarikan diri.
b)      Thalhah bin khuwailid melarikan diri ke Syam dan tidak mampu menghadapi pasukan Khalid bin walid. Kemudian dia masuk islam kembali dan menjadi muslim yang baik.
c)      Sedangkan Sajjah at-tamimiyah, setelah bermaksud berangkat ke Yamamah untuk bergabung dengan Musailamah, akhirnya mengurungkan niatnya dan pulang ke negrinya karna mendengar pasukan Khalid sudah mulai dekat.
d)     Sedangkan pasukan lainnya melakukan operasi di seluruh jazirah arabia, memberikan pengajaran kepada pembangkang dan mengembalikan kepada islam orang yang murtad[8].
2.2 Perluasan Wilayah Pada Masa Abu Bakar
a. Bahrain Dan Qatar
Orang Arab mengenal Bahrain sebagai kawasan yang memanjang dari pantai teluk Arabia di antara Basyrah dan Oman. Sekarang kawasan Bahrain meliputi negara Kuait, Ihsa, Qatardan Bahrain. Islam masuk dikawasan ini pada zaman Nabi dengan cara damai, hasil dakwah nabi SAW. Melalui suratnya kepada raja Mundzir bin saw’i, penguasa Bahrain saat itu,surat nabi tersebut dibawa oleh al-‘ala’ bin hadhrami. isinya sebagai beriku:
Dari Muhammad rasulullah kepada Al-mundzir bin sawi’, salam atas orang yang mengikuti hidayah. amma baa’d: Sesungguhnya aku mengajak kamu untuk masuk islam.mari masuk islam niscaya kamu akan mendapatkan keselamatan, dan Allah akan memmberikan buatmu pahala masuk islamnya orang-orang yang ada dibawah kekuasaanmu. Dan ketahuilah bahwa agama yang aku bawa akan sampai ke sesmua orang.”
Mundzir bin sawi’ lansung masuk islam setelah menerima surat Rasullah SAW. Yang di ikuti juga oleh sebagian rakyatnya. Bagi yang belum masuk islam, di minta kepada mereka untuk membayar jizyah.
Rasulullah SAW,juga menulis surat kepada penduduk isha’, dan yamamah, mengajak seluruh penduduk untuk masuk islam. Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa mayoritas penduduk Arab disana masuk islam. Datang pula dua utusan ke kawasan ini menyatakan kedudukannya kepada Rasulullah SAW, pertama utusan Al-a’sad di bawah pimpinan Amr bin qois, dan yang kedua utusan Abdul qois di bawah pimpinan jarud al-a’bdi.
Pada masa Abu bakar pitnah riddah juga sampai ke negri Bahrain. Abu bakar mengirim Al-ala’ bin hadhrami yang memiliki ikatan historis dengan negri ini untuk memadamkan fitnah riddah (gerakan murtad massal) di bantu oleh pemimpin Abdul qois, Jarud al-a’bdi. alhamdulillah negri ini kembali ke penguasaan islam.
b. Kuait
Abu bakar mengutus Kahlid bin walid untuk bergerak ke Iraq dan dimulai dari kawasan Iraq yang paling atas, yaitu Ablah yang terletak di teluk persia. Beliau berpesan agar bebuat baik dengan penduduk dan mengajak mereka untuk msuk islam.
Pasukan bergerak menuju kawasan utara ke arah selatan negri Persia dibawah pimpinan Khalid bin walid dan Mudsanna bin haritsah yang telah berangkat sebelum Khalid. Abu bakar mengirim surat kepadanya agar taat kepada Khalid. Panglima perang yang bergabung dalam pasukan tersebut adalah Iyad bin ghanam, Madz’ur bin ‘adi al-‘ijli dan ‘Adi bin hatim
Penguasa wilayah selatan Iraq yang tunduk dibawah imperium Persia adalah Hurmus. Khalid bin walid menulis surat kepadnya: amma ba’ad:” mari masuk islam niscaya kamu akan selamat, atau jika tidak yakinlah bahwa kamu dan kaummu menjadi ahlu zimmah dan berkewajiban membayar jizyah. jika kamu menolak ke duanya, maka jangan salahkan kecuali dirimu. Aku telah membawa sebuah pasukan yang kecintaanya dengan mati sama dengan semangatnya untuk hidup. Hurmus tidak mengindahkan surat Khalid bahkan bersiap-siap untuk memerangi kaum muslimin.
pertempuran dzat as salasil terjadi di daerah yang sekarang yang dinamakan Kuait dan berakhir dengan kemenangan dipihak kaum muslimin dan terbunuhnya Hurnus. Akhirnya islam memasuki negeri Kuait dan darinya islam menyebar ke Iraq dan Iran.
c. Iraq
Selesai menahlukkan yamamah, Abu bakar ash-shiddiq memerintahkan Khalid bin Walid berjalan menuju iraq dan memulai penaklukan selat hindia (Faraj al-Hindi) yaitu yang populer dengan nama Al-ubullah, kemudian barulah menyisir irak dari bawah.
Abu bakar menginstruksikan kepada Khalid untuk menarik hati masyarakat dan mendakwahi mereka kepada islam. Jika mereka tidak menerima maka ambillah dari mereka jizyah. Dan jika mereka menolak jizyah maka perangilah mereka. Abu bakar berpesan kepada Khalid agar tidak memaksa seorangpun untuk ikut bersamanya. Dan jangan sampai Khalid meminta bantuan kepada kaum murtad.
Al-waqidi berkata, ahli sejarah berselisih pendapat. Ada yang mengatakan bahwa Khalid lansung berangkat dari Yamamah menuju Iraq. Dan ada yang berpendapat bahwa Khalid kembali terlebih dahulu ke Madinah baru berangkat menuju Iraq melalui jalan Kufah hingga sampai di Herat.[9]
d. Syam
Sebelum wafat, Rasulullah mempersiapkan sebuah pasukan yang dipimpin oleh Ussamah bin zaid ke Mu’tah dan lokasi terbunuh bapaknya. Nabi berkata kepadanya:”Bergeraklah kamu dimana bapakmu terbunuh, tancapkan kaki kuda ke daerah mereka, dan aku mengamanahkan kepadamu untuk memimpin pasukan ini.”
Tetapi pasukan yang telah dipersiapkan nabi ini tidak jadi berangkat karena nabi sakit yang mengantarkan beliau menghembuskan nafas terakhir. Ketika Abu bakar menjadi khalifah, beliau meneruskan rencana Rasulullah tersebut. Pasukan bergerak ke arah syam dan pulang ke Madinah setelah kurang lebuh sebulan melakukan manuver-manuver diwilayah Syam.
Barang kali yang membuat nabi betul-betul bersikeras untuk mengutus Ussamah adalah isyarat dari beliau untuk mengarahkan kaum muslimin agar menyebarkan dakwah keluar jazirah arabiah. Abu bakar mengerti betul dengan isyarat dari Rasulullah tersebut, sehingga beliau bergerak cepat mengirim Amr bin ash, Yazid bin abi sufyan, Abu ubaidah bin jarrah dan Syurahbil bin hasanah beseeta pasukan untuk menuju ke berbagai penjuru negri Syam, seperti Palestina, Surya, Yordania, dan Libanon. Pada serangan pertama kaum muslimin tidak mampu menghadapi pasukan romawi yang memilki perlengkapan dan pasukan yang amat besar. Abu bakar yang selalu mengikuti perkembangan pertempuran memutuskan untuk memanggil Khalid bin walid yang saat itu masih berada di wilayah Iraq untuk membantu pasukan yang sudah berada di Syam.
2.3 Gerakan Pengumpulan Al-quran
Selama peperangan riddah, banyak qari (penghafal al-quran) yang tewas. karena orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian al-quran, Umar cemas jika bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari Al-quran akn musnah. Karena itu menasehati Abu bakar untuk membuat suatu kumpulan Al-quran. mulanya khalfah agak ragu untuk melakukan tugas ini karena tidak menerima otoritas dari nabi, tetapi kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid bin sabit. Dan ini di riwayatkan juga oleh imam Bukhari dalam sahihnya.[10]

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dua tahun masa pemerintahan Abu bakar adalah masa yang penuh berkah. Kembalinya negeri yang murtad ke pangkuan islam yang terjadi pada zamannya, dan perluasan wilayah islam kepersia dan romawi juga di mulai pada zamannya. Kesibukan untuk menjaga stabilitas pemerintahan dari rong-rong internal, dan manuver yang tinggi dalam melakukan perluasan wilayah tidak melupakan pemerintahan Abu bakar untuk mengerjakan proyek yang sangat krusial bagi keutuhan ajaran islam, yaitu pengumpulan Al-quran, sehinggar dengan kematian para qurra’ tidak berakibat kepada hilangnya pegangan umat islam.
3.2 Saran
Dengan meneliti strategi dakwah Abu bakar marilah kita mengambil sebuah iktibar atau pelajaran dari kepemimpinan beliau menyusun sebuah strategi dalam berdakwah.



[1] . Wahyu Ilahi, S.AG, MA dan Harjani Hefni, LC.,MA, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hlm. 84
[2]. DR. Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1997, hlm.47
[3]. Ibid, hlm. 49
[4]. Ibnu Katsir, Al-Bidayatuh Wan Nihayah, Jakarta:Darul Haq, 2004, hlm.75
[5]. Wahyu Ilahi, S.AG, MA dan Harjani Hefni, LC., op.cit, hlm.85
[6]. DR. Ali Mufrodi, op.cit,hlm.49
[7].Ibnu katsir,loc.cit
[8]. Wahyu Ilahi, S.AG, MA dan Harjani Hefni, LC.MA, op.cit,hlm.87
[9]. ibnu katsir,op.cit,hlm.119
[10]. Wahyu Ilahi, S.AG, MA dan Harjani Hefni, LC.MA, op.cit,hlm.92

Tidak ada komentar:

Posting Komentar