Kamis, 18 Desember 2014

MAKALAH ETIKA KEPEMIMPINAN SYARAT-SYARAT PEMIMPIN DALAM ISLAM

MAKALAH ETIKA KEPEMIMPINAN SYARAT-SYARAT PEMIMPIN DALAM ISLAM-pada saat saya sedang mengikuti perkuliahan, saya diberikan tugas oleh dosen yang mana beliau menugaskan membahas tentang syarat-syarat pemimpin dalam islam. dan pada saat ini saya akan mempublikasikan apa yang saya tulis berikut kami sajikan untu para sahabat yang mau mengambil manfaat dari apa yang saya tulis. selamat membaca.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Secara mayoritas, para memimpin memiliki kesamaan, yaitu adanya pengikut yang setia. Seperti halnya tukang kayu yang tidak dapat bekerja tanpa palu, gergaji, dan paku, begitu juga pemimpin tidak mampu memimpin tanpa pembantu atau pengikut setia. Kebanyakan pemimpin memiliki pengikut yang setia. Pada gilirannya, seorang pemimpin harus kimitmen dengan syarat-syarat dan sifat-sifat istimewa yang membuat orang lain mengikutinnya dengan senang hati.
Seorang pemimpin yang menginginkan bawahannya atau pengikutnya kompak dan berwibawa selalu menanamkan solidaritas, baik di bidang sosial maupun pembelaan.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan/penyusunan makalah ini adalah :
  1. Melengkapi tugas kelompok etika kepemimpinan islam yang telah diberikan.
  2. Menambah wawasan pada tim penyaji maupun pembaca.
  3.  menjadikan makalah ini sebagai refrensi bagi siapa saja yang membutuhkan. 
1.3  Rumusan Masalah

  1. Syarat-syarat pemimpin dalam islam?
  2. Pendapat para ahli tentang syarat-syarat pemimpin dalam islam ?

1.4 Batasan Masalah
Dalam pembahasan materi makalah kali ini kami membatasi pembahasan hanya pada syarat-syarat pemimpin dalam islam. Dalam syarat-syarat tersebut kami memaparkan penjelasan-penjelasan yang menurut kami wajar dengan apa yang tertera pada batasan-batasan tersebut.

BAB II
SYARAT-SYARAT PEMIMPIN DALAM ISLAM
Devenisi kepemimpinan secara luas meliputi proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga memengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian aktivitas-aktivitasa hubungan kerja sama untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan memengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk memujuk orang atau bersedia melakukan sesuatu secara suakrala/sukacita.[1]
Karakter seorang pemimpin yang harus mampu memimpin golongan islam secara keseluruhan adalah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a.      Adil dan jujur
Islam menyakini bahwa dunia tidak akan menjadi aman dan makmur, apabila keadilan tidak dijadikan neraca dalam hubungan-hubungan kemanusiaan di segala bidang.Menurut islam, hidup berdampingan dapat aman dan tentram bila keadilan ditegakkan.Adil tdak mengenal hubungan famili atau bukan, akan tetapi berpijak atas dasar kebenaran. :
Firman allah:[2]
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” .
 (Q. S. Al-Maidah: 8)[3]

b.      Bijaksana dalam menghadapi masalah [4]
Menghadapi aneka ragam persoalan dan pendapat di kalangan islam memerlukan pemimpin yang bijaksana. Tanpa adanya kebijaksanaan, maka keselamatan dan keutuhan ummat akan rerancam.seorang pemimpin harus bisamenempatkan diri pada posisi yang netral,bila kemelut terjadi antara masing-masing golongan.
Bijaksana dalam istila Arab disebut “ Hakiem ,” maka  menurut Qamus “ Lisanul Arab “diartikan : seorang yang paham benartentang seluk-beluk teknik mengerjakan sesuatu dan dia mahir di dalamnya.
Menurut muhammad natsir, bijaksana adalah kemampuan untuk mentuk memilih bentuk yang tepatdan mempergunakannya secara tepat. dalam hal ini maka bijaksana dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
·         Bijaksana, dalam arti kemampuan memilih saat harus bertindak, dan bila harus diam.
·         Bijaksana, dalam mengadakan kontak pemikiran dan mencari titik pertemuan.
·         Bijaksana, dengan Uswatun Hasanah dan Lisanul Hal.

c.       Berpandangan  luas serta tidak fanatik golongan.
Seorang pemimpin yang berpandangan luast,ia dapat mempertemukan pendapat yang berbeda-beda, agar masing-masing puas dengan pendapatnya itu.bila ternyata tidak dapat dipertemukan, maka dengan kebijaksanaanya dapat menyadarkan [5]pihak yang paling merasa benar itu, agar menghargai pendapat orang lain, karna masing-masing memiliki argumentasi.
Pimpinan ummat yang memiliki sifat dan watak fanatik golongan tentu  tidak disukai oleh pihak lain yang tak sepaham, karna khwatir bahwa fahamnya nanti akan membawa pengaruh. Setidak-tidaknya dengan kepemimpinanya akan mempengaruhi jalan fikiran bagi pihak yang berbeda.

d.      Berjiwa integrasi
Bagi kepentingan ummat, maka adanya organisasi-organisasi (golongan) sekretaris itu lebih baik dari pada tidak ada sama sekali.dalam usaha mewujudkan integrasi harus berpegang teguh pada kaidah-kaidah dan norma-norma integrasi.
Intekrasi ummat yang haeus dicapai sekarang adalah mengusahakan adanya koordinasi dan kerjasama diantara golongan-golongan  guna mewujudkan keseragaman dalam konsepsi, planning dan strategi.
Untuk mencapai integrasi yang  ideal itu,maka pemimpin umat harus menempuh jalan antara lain :
Ø  Merumuskan konsepsi integrasi dengan menggali dan kembali kemurnian ajaran islam.t
Ø  Membentuk kader integrasi
Ø  Meninkatan kecerdasan dan kesadaran ummat
Ø  Menumbuhkan kekuatan-kekuatan integrasi di setiapgolongan dan lapisan masyarakat.

e.       Wibawa dan disegani oleh semua golongan
Kepatuhan yang ditunjukkan oleh ummat yang menjadi pengikutnya adalah karena kewibawaannya dalam memimpin ummat. Kewibawaan timbul karena sang pemimpin tadi memiliki moral force (kekuatan moral) dan ilmu pengetahuan yangluas. Keseganan timbul karena pemimpin tadi memiliki konsikuensi antara kata-kata dengan perbuatan.
Kewibawaan sebagai pemimpin ummat yang tercermin dalam akhlaknya ia selalu memiliki sikap adil akan semua golongan. Sikap tasamuh (toleransi ) atas perbedaan pendapat senantiasa nampak dalam tingkah lakunyanya. Tak satu orang pun merasa dianak tirikan. Kebijaksanaan dalam menempuh muswarah setiap ada perbedaan pendapat, selalu ia manfaatkan. Dalam mengambil keputusn ia  tisak berat sebelah.Rasa Tafakulul ijtima’ ( tanggung jawab bersama ) ia tanamkan  pada segenap ummat, sehingga setiap bagian masyarat islam ditimpa marabahaya, semua ikut rasa bertaggung jawab. Demikian juga ta’awun (tolong-menolong) ia tumbuhkan dalam masing-masing golongan .

f.       Lebih mementingkatkan kepentingan ummat daripada kepentingan golongan.
Sebagai pemimpin ummat, ia harus bisa merumuskan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan. Hendaknya disadari bahwa timbulnya kekuatan lahir atas dasar kebersamaan. Meningkatkan kualitas ummat,memperbaiki sarana peribadatan, menaikkan tingkat hidup ummat, kiranya akan lebih simpati daripada mempersoalkan pakai qunut atau tidak dalam shalat shubuh dan yang sejenis dengan itu. Bila pemimpin itu sudah mengena dihati ummat, maka usaha pengembangan kearah mana saja akan dipatuhinya, sebab ia telah membuktikan loyalitasnya terhadap ummat yang dipimpinnya.[6]
Syarat-syarat kepemimpinan menurut para tokoh:[7]
1.      Kartono (2005: 35-38) mengatakan benhwa persyaratan kepempimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu:
a)      Kekuasaan,yaitu otoritas dan legalitas yang memberikan kewenangan kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuaat sesuatu.
b)      Kelebihan, keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
c)      Kemampuan, yaitu segala daya kesanggupan, kekuatan dan kecakapan  atau keterampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari kemapuan anggota biasa.
2.      Stogdill, mengatakan bahwa pemimpin harus memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a)      Kapasitas, yaitu kecerdasan,kewaspadaan, kemampuan berbiacara dan kemampuan menilai.
b)      Prestasi atau achievemen, yaitu gelar keserjanaan, ilmu pengetahuan perolehan dalam olah raga dan atekuletik, dan lain-lain.
c)      Tanggung jawab, yaitu mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul.
d)     Partisipasi, yaitu aktif, memiliki sosialibitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka berkerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.
e)      Status, yaitu memiliki kedudukan, sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer dan tenar.
3.      Nightingale dan schult dalam sudriamunawar (2006: 4) mengatakan bahwa seorang pemimpin perlu memiliki kemampuan, yaitu:
a)      Kemandirian, hasrat untuk memajukan diri sendiri (induvidualisme).
b)      Besar rasa ingin tahu dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda.
c)      Multiterampil atau memuliki kepandaian yang beranekaragam.
d)     Memiliki rasa humor, suka berkawan, antusiasme yang tinggi.
e)      Ferpeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna.
f)       Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi
g)      Sabar, tapi tidak berarti diam atau berhenti
h)      Waspada, peka, jujur, optimis, gigih, ulet dan realistis.
i)        Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato.
j)        Berjiwa wiraswasta.
k)      Sehat jasmani, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat serta berani mengambil resiko.
l)        Tajam firasatnya, adil pertimbangannya.
m)    Berpengetahuan yang luas dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuannya.
n)      Memiliki motifasi yang tinggi, sadar akan target yang harus dicapainya dengan idealisme yang tinggi, dan punya imajinasi, dan sinerjik.
Jika syarat-syarat yang telah dikemukakan para ahli tersebut di atas diterapkan dalam memilih atau mengangkat para pemimpin birokrasi, maka dapat membantu dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin birokrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan  dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan memengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk memujuk orang atau bersedia melakukan sesuatu secara suakrala/sukacita. Sebagai pemimpin ummat, ia harus bisa merumuskan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan. Hendaknya disadari bahwa timbulnya kekuatan lahir atas dasar kebersamaan.
Meningkatkan kualitas ummat,memperbaiki sarana peribadatan, menaikkan tingkat hidup ummat, kiranya akan lebih simpati daripada mempersoalkan pakai qunut atau tidak dalam shalat shubuh dan yang sejenis dengan itu. Bila pemimpin itu sudah mengena dihati ummat, maka usaha pengembangan kearah mana saja akan dipatuhinya, sebab ia telah membuktikan loyalitasnya terhadap ummat yang dipimpinnya
3.2 Pesan dan Saran
       Kami dari pemakalah mengharapkan jangan jadikan makalah ini sebagai reprensi yang mutlak untuk membuat tugas atau yang lainnya.




[1] Prof. Dr. Veithzal Rivai, M. B. A. Dan Prof. Dr. Deddy Mulyadi, M. Si. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
 ( Jakarta: Rajawali Perss, 2011). Hal 2.
[2] Drs. EK. Imam Munawwir, Asas-Asas Kepemimpinan dalam Islam. (Usaha Nasional: Surabaya). Hal 146
[3]  Asas-Asas Kepemimpinan dalam Islam. Hal 155
[4] DR.Thariq M. As-suwaidan Dan IR.Faizal Umar Basyarahil. Pemimpin masa depan. (Jakarta: Gema Insani Press,2005). Hal 48.




[5]  Asas-Asas Kepemimpinan dalam Islam. Hal 156
[6] Asas-Asas Kepemimpinan dalam Islam. Hal 156
[7] Harbani Pasolong. Kepemimpinan Birokrasi. (Bandung: Alfabeta, 2013). Hal 11

sekianlah dari hasil apa yang dosen tugaskan pada saat saya mengikuti perkuliahan semoga bisa diambil manfaat. lebih dan kurang saya mohon maaf. wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar