Rabu, 17 Desember 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
             Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan istilah jiwa, nyawa, ruh, dan berbagai kata lain yang senada. Jauh sebelumnya istilah itu juga telah begitu lekat dalam kosakata bahasa yang dipergunakan dalam ragam budaya yang berbeda. Peruntukan istilah tersebut merujuk pada bentukan halus dalam diri manusia yang tidak terlihat dan hanya dapat dirasakan. Bentukan halus yang tidak tampak itu menimbulkan kesulitan sendiri dalam memberikan pengertian yang tepat.
            Secara etimologis, psikologi diambil dari bahasa inggris psychology yang berasal dari bahasa yunani psyche yang berarti jiwa (soul, mind) dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Namun demikian kata “jiwa” bukanlah kata yang mudah dipahami begitu saja, sebab jiwa mempunyai arti yang beragam dan masih banyak kabur. Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering mempertanyakan “apa itu jiwa?”, namun tak seorangpun yang dapat menjelaskan makna jiwa yang sangat tepat.
            Menurut al-aqqad (1991), dalam tradisi pemikiran yunani jiwa ditempatkan sebagai mata rantai ketiga dari unsure psikis manusia setelah akal dan ruh. Para filsuf yunani membicarakan ketiga unsure ini dalam tinkatan kejernihan dan kemuliaan dimana akal menempati tempat pertama karena pada dasarnya esensi akal yang mutlak adalah tuhan.

B. RUMUSAN MASALAH
            1.  Apa saja metode penelitian psikologi?
            2. bagaimana pandangan islam terhadap metode psikologi?






BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode psikologi
            Dalam usahanya untuk mempelajari tingkah laku manusia, psikologi menggunakan beberapa metode-metode tersendiri untuk menyelidiki terhadap suatu objeknya. Objek psikologi adalah penghayatan dan perbuatan manusia, yaitu perbuatan manusia yang bersifat kompleks dan selalu berubah. Jiwa bukanlah suatu benda yang mati, tetapi sesuatu yang hidup dinamis selalu berubah untuk maju menuju kesempurnaanya. Oleh karena itu, penggunaan untuk suatu metode yang bagaiman baiknya pasti tidak dapat menghasilkan kebenaran yang mutlak sebab tiap-tiap metode pasti punya kelemahan-kelemahan disamping kebaikannya.

1. Metode Eksperimental
            Cara ini biasanya dilakukan didalam laboratorium. Hal yang merupakan cirri pokok dalam metode ini adalah penelitian bisa mengubah situasi dengan tujuan penelitian. Metode ini merupakan penggabungan metode introspeksi dan eksperimen. Dengan kata lain, ia mengendalikan variable-variabel tertentu (variable bebas atau independen) untuk melihat bagaimana akibatnya terhadap variable lainnya, ( variable tergantung atau dependent variable) atau, situasi dalam eksperimen ini sengaja dibuat, misalnya: orang dimasukan dalam ruang simulasi dimana penelitian bisa mengatur kekuatan cahaya atau gelombang suara yang akan diberikan kepada orang percobaan. Ia pun bisa mengatur jenis-jenis orang percobaan yang akan ditelitinya, misalnya dibedakan atas dasar jenis kelamin, usia atau tinkat pendidikannya. Dengan metode ini, misalnya, penelitian akan dapat mempelajari bagaimana hubungan antara pengindraan dengan etnis kelamin atau umur.

2. Observasi Alamiah
Metode obsevasi ialah: metode untuk mempelajari kejiwaan dengan sengaja mengamati secara langsung, teliti dan sistematis. Dalam hal ini observasi dapat melalui tiga cara, yaitu:
1. introspeksi
2. introspeksi eksternal
3. ekstrospeksi
           

Dalam observasi alamiah, penelitian melaksanakan pekerjaanya dilapangan, yaitu dalam situasi sesungguhnya dimana situasi tidak dikendalikan oleh peneliti, melainkan semata-mata dipengaruhi oleh proses alamiah saja. Kalau seseorang peneliti mengamati tingkag laku orang dipasar atau pemberhentian bis atau diperkebunan, misalnya yang ia lakukan hanyalah mencatat tingkah laku macam apa saja yang ditunjukkan oleh orang-orang yang sedang diamati. Peneliti hanya bisa memilih situasi atau kondisi lingkungan yang hendak ditelitinya sesuai dengan tujuan penelitian itu sendiri hasil pengamatan itu setelah dikaitkan dendan situasi lingkungan yang akan dianalisa untuk akhirnya dijadikan bahan pengambilan keputusan atau kesimpulan. Alat pengumpulan data yang digunakan disini adalah pedoman observasi.

3. Sejarah Kehidupan
            Psikologi pada dasarnya mempelajari manusia sebagai individu. Untuk mengetahui tingkah laku seseorang dengan segala latar belakangnya, maka penelitian mengenai sejarah kehidupan orang yang bersangkutan merupakan salah satu metode yang penting dalam psikologi. Asumsi dasarnya adalah setiap tingkah laku merupakan perwujudan atau pencerminan dari keadaan kepribadian seseorang, sedangkan keadaan kepribadian itu dipengaruhi oleh riwayat hidup masa lalunya. Seorang yang agresif, misalnya mempunyai riwayat hidup yang tidak menyenangkan semasa kecilnya atau seorang yang mempunyai hasrat berprestasi tinggi mungkin biasa mendapat penhargaan atas segala prestasi dari orang tuanya sejak ia masih duduk sekolah dasar walaupun prestasi itu hanya prestasi yang kecil saja. Data sejarah kehidupan ini dapat diperoleh melalui penelitian buku harian atau wawancara tentang masa lalu orang yang bersangkutan.

4. Wawancara
            Wawancara merupakan metode pendidikan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Pada wawancara pertanyaan-pertanyaan diberikan secara lisan. Adapun keuntungan dari wawancara itu ialah pada wawancarahal-hal yang kurang jelas dapat dijelaskan, sehingga orang dapat mengerti apa yang dimaksudkan.
Dan kelemahan dari wawancara adalah penyelidikan dengan wawancara kurang hemat. Baik dalam soal waktu maupun tenaga sebab dalam wawancara membutuhkan waktu yang lama.
            Wawancara digunakan untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses penginderaan, dan sebagai hal yang merupakan tingkah laku yang tidak bisa ditangkap melalui metode observasi. Adapun teknik wawancara ada beberapa jenis, yaitu:


a. wawancara bebas, pewawancara bisa memberikan pertanyaan dan subjek pun bebas memberikan jawabannya.
b. wawancara terarah, pewawancara hanya menanyakan hal-hal tertentu yang sudah ditetapkan terlebih dahulu, akan tetapi dalam pertanyaan pewawancara tidak terikat dengan aturan tertentu.
c. wawancara terbimbing, pewawancara harus mengikuti sebuah daftar pertanyaan yang sudah tersusun terlebih dahulu.

5. angket
Angket pada hakikatnya adalah wawancara juga. Hanya saja pada angket, kuosioner itu langsung diberikan pada responden untuk dibaca sendiri.
Keuntungan angket ini antara lain pengisiannya bisa cepat, jangkauan penyebarannya luas, tidak memerlukan banyak tenaga pewawancara dan responden dimungkinkan untuk memberikan jawaban tanpa menyebutkan identitas dirinya sehingga jawaban-jawaban itu diharapkan bisa lebih jujur dan objektif.
Metode angket ialah suatu penyelidikan yang dilaksanakan dengan menggunakan daftar pertanyaan mengenai gejala-ga=ejala kejiwaan yang harus dijawab oleh orang banyak sehingga berdasarkan jawaban yang diperolehnya dan dapat diketahui jiwa seseorang.

6. Pemeriksaan Psikologi
            Psikologi untuk meneliti kepribadian atau jiwa subjek adalah pemeriksaan psikologi. Dan metode ini menggunakan alat-alat tertentu disebut psikodiagnostik. Bentuk alat-alat psikodiagnostik bermacam-macam, bisa berubah tugas menghitung, merangkai kata-kata, menjawab pertanyaan-pertanyaan, menggambar, memecahkan persoalan tertentu. Pada prinsipnya pemeriksaan psikologi dilakukan untuk memeriksa hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh metode-metode lain seperti wawancara, observasi, angket.




B. Metode Psikologi islami
            Osman Bakar menuturkan bahwa ilmu pengetahuan islam senantiasa berupaya untuk menerapkan metode-metode yang berlainan sessesusi dengan watak subjek yang dipelajari dan cara-cara memehami objek tersebut. Psikologi islsm adalah kajian keilmuan tentang jiwa yang memosisikan diri sebagai intregasi unsure ilahiyah berupa ketetapan wahyu (Al-Qur’an dan hadist) tanpa meninggalkan segala usaha yang telah dirintis para pendahulunya dibidang psikologi. Dalam menyusun metodologi keilmuan tidak harus membentuk atau merumuskan hal baru di bidang metodologi. Tapi melengkapi sedikit kekurangan yang ada, yaitu metodologi yang menjembatani alam lahiriah dengan alam metafisik. Muncullaah sebuah keyakinan bahwa kehidupan ini tidak bisa diukur oleh hal-hal nyang inderawi atau mengedepankan nalar semata.
Secara garis besar metode-metode psikologi islam sebagai berikut:

a. Metode keyakinan
            sumber yang sah dan harus diyakini adalah wahyu ilahi, yaitu Al-Qur’an al-karim dan hahist. Dari dua pokok rujukan ini kemudian berupaya untuk menangkap pesan-pesan psikologis yang terkandung, baik dalam segi kandungan materi (matan) atau dari segi sebab-sebab turunnya ayat (asbab an-nuzul) dan sebab-sebab turunnya hadist (asbab al-wurud).

b. Metode Rasionalisasi
            manusia harus menggunakan rasio sambil menyadari keterbatasannya. Kerelatifan rasio harus dijadikan landasan bahwa rasio dapat mengungkap hal-hal yang berbentuk (tipu muslihat), perencanaan atau strategi, dan koreksi. Fritjof schuon mengatakan bahwa rasionalisme itu keliru bukan karena ia berupaya untuk mengekspresikan realitas secara rasional, sejauh hal iru memungkinkan. Akan tetapi, karena ia berupaya merangkul seluruh realitas kedalam alam rasio, seakan-akan hal ini sesuai dendan prinsip segala sesuatu.
c. Metode Ilmiah
            meneliti hal-hal yang dibatasi oleh ruang lingkup benda-benda yang bersifat indrawi. Menurut M.D Dahlan, metode ilmiah terdiri atas metode deskriptif adalah observasi dan riset korelasional.



Di bawah ini dipaparkan contoh metode ilmiah :
1). Metode observasi. Ada dua macam metode ini, yaiti (a). yang ada intervensi, seperti observasi partisipan dan observasi terstruktur; dan (b) yang tanpa interpensi, seperti studi lapangan naturalistic dimana seorang pengamat bersikap pasif tidak menggunakan manipulasi. Alat yang digunakan biasanya adalah angket dan dokumen. Kemudian yang termasuk ke dalam metode ini adalah wawancara.
2). Riset koralesional, yaitu riset identifikasi hubungan prediktif antara dua fariabel dan juga bisa untuk bentuk yang lain seperti mengungkap perbedaan.
3). Metode eksperimental, metode ini digunakan untuk mengetahui sebab akibat, dengan persyaratan validitas eksternal dan internal, penelitian yang paling tepat adalah penelitian yang bersifat longitudinal.
4). Metode fenomenologi, menurut hana jumhana bustaman, metode ini akan sangat tepat digunakan untuk objek yang dilihat mengarah kepada kondisi dan pengalaman rohani.

d. Metode non-ilmiah
1). Metode otoritas. Sumber otoritas yang dapat dijadikan rujukan adalah nabi, sahabat, tabi’ut, tabi’in para wali dan alim ulama, juga orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan mengalami suatu peristiwa penting dalam hidupnya dapat juga dijadikan sumber pengetahuan untuk mengetahui realitas yang tidak tamppak oleh mata.
2). Metode intuisi, tiga alas an menggunakan metode ini yaitu : (1) banyak digunakan orang dan efektif bagi mereka yang bergelut di dunia spiritual, (2) dapat diuji kemampuannya dalam memahami realitas secara objektif, (3) dapat dipelajari oleh siapapun dengan usaha yang intens dan terbimbing. Puncak dari p[endalaman metode ini adalah ketersingapan dan keterbukaan.
3). Metode eksperimen spiritual, metode ini mengedepankan rasa dan penghayatan. Semakin tinggi tingkat sensifitas seseorang, maka ia akan semakin mudah merasakan getaran dan kondisi kejiwaan makhluk yang ada di sekelilingnya.
            Baik metode ilmiah dan non-ilmiah keduanya sangat menunjang dalam pencapaian suatu hakikat kebenaran. Betapapun terlihat mustahil untuk dapat dilakukan, tetapi metode non-ilmiah itu ada fenomenaya dan perlu untuk mendapatkan perhatian jika ada indikasi kepada gaya guna dan bermanfaat bagi kepentingan manusia dan seluruh makhluk. Kedua unsure inilah yang sebenarnya dicari dalam pengkajian ilmu tentang jiwa.


C. Psikologi Perkembangan dan dan metode penelitian islam    
                Psikologi perkembangan telah menggunakan metode penelitian yang disesuaikan dengan subjek penelitin yang hendak dikaji. Bagaimanapun, bayi dan anak-anak tidak dapat diuji dengan cara yang sama dengan orang dewasa. Sehingga berbagai metode dan teknik, dipergunakan dalam penelitian psikologi perkembangan. Alat pengukuran harus memperhatikan tahap perkembangan, terutama aspek kognitif, dari sujek yang hendak diteliti. Ketika meneliti anak yang lebih tua, terutama remaja, berbagai alat pengukuran yang dipergunakan untuk mengukur orang dewasa dapat dipakai, namun tetap harus disederhanakan untuk membuat mereka lebih memahami atau lebih dapat melaksanakan tugas yang diharapkan.
            Untuk meneliti perkembangan dalam seluruh rentang hiduo manusia, psikolog perkembangan memiliki sejumlah metode untuk melihat perubahan individu dari waktu ke waktu. Metode penelitian yang banyak dilakukan antara lain penelitian longitudinal, penelitian cross sectional, dan penelitian cross sequential atau accelerated longitudinal design. Selain itu, penelitian eksperimental juga dapat dilakukan.
            Dalam penelitian longitudinal peneliti melakukan observasi terhadap banyak individu yang lahir pada waktu yang relative sama (suatu kohor) dan menemukan observasi baru dari anggota usia kohort tersebut. Metodeini dapat dipergunakan untuk mengambil kesimpulan tentang berbagai jenis perkembangan yang bersifat unifersal atau normative, yang paling banyak berlaku pada kohort tersebut. Penelitian dapat juga melakukan observasi cara dimana perkembangan berbeda antarindividu dan membuat hipotesis tentang penyebab variasi yang terobsesi dari data yang di ambil.
 Namun, penelitian longitudinal seringkali terlalu memakan banyak waktu dan biaya, membuat kurang dapat dilakukan dalam beberapa situasi tertentu. Selain itu, anggota kohort juga memiliki riwayat atau pengalaman yang bersifat unik sesuai generasi mereka, sehingga trend perkembangan normative dapat bersifat unufersal hanya untuk kohort mereka.
            Dalam penelitian cross-sectional, seorang peneliti mengobservasi antara perbedaan individu dari berbagai usia pada satu waktu. Secara umum, penelitian ini membutuhkan sumberdaya yang lebih sedikit dari pada penelitian longitudinal. Selain itu, riwayat subjek juga tidak terlalu menjadi variable pengganggu, karena masing-masing individu berasal dari kohort yang berbeda-beda. Namun, sebaliknya, penelitian cross-sectional bukan merupakan cara yang paling efektif untuk mengkaji perbedaan antar individu, karena perbedaan ini dapat terjadi bukan sebagai hasil perbedaan usia, melainkan dari paparan subjek yang berbeda.
Penelitian cross-sequential study atau accelerated longitudinal design merupakan kombinasi dari kedua metodologi diatas. Dengan metodologi ini, peneliti mengobservasi anggota dari kohort kelahiran yang berbeda pada satu waktu, dan kemudian mengikuti semua peserta sepanjang waktu, mencatat parubahan dalam kelompok. Dengan membandingkan perbedaan dan persamaan dalam perkembangan, seseorang dapat lebih mudah menentukan perubahan apa yang dapat diatribusikan pada individu dan lingkungan historic, dan apa yang benar-benar bersifat unifersal. Tentu saja, penelitian ini membutuhkan sumber daya yang banyak dibandingkan penelitian longitudinal.
Selain penelitian diatas dapat juga dilakukan penelitian eksperimental. Seluruh penelitian diatas bersifat korelasional, sehingga kita tidak dapat mengambil kesimpulan sebab akibat dari data yang dihasilkan. Penelitian eksperimen memiliki prosedur yang ketat yang membutuhkan randomisasi tugas dari kelompok control dan kelompok eksperimen, sehingga merupakan penelitian yang paling kuat untuk mengambil kesimpulan yang bersifat kausal. Namun, penelitian-penelitian yang bersifat korelasional lebih sering dilakukan dalam penelitian tentang perkembangan, terutama karena pertimbangan etika.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar