BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering
menemukan istilah jiwa, nyawa, ruh, dan berbagai kata lain yang senada. Jauh
sebelumnya istilah itu juga telah begitu lekat dalam kosakata bahasa yang
dipergunakan dalam ragam budaya yang berbeda. Peruntukan istilah tersebut
merujuk pada bentukan halus dalam diri manusia yang tidak terlihat dan hanya
dapat dirasakan. Bentukan halus yang tidak tampak itu menimbulkan kesulitan
sendiri dalam memberikan pengertian yang tepat.
Secara
etimologis, psikologi diambil dari bahasa inggris psychology yang berasal dari bahasa yunani psyche yang berarti jiwa (soul,
mind) dan logos yang berarti ilmu
pengetahuan. Dengan demikian psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang
jiwa. Namun demikian kata “jiwa” bukanlah kata yang mudah dipahami begitu saja,
sebab jiwa mempunyai arti yang beragam dan masih banyak kabur. Dalam kehidupan
sehari-hari kita juga sering mempertanyakan “apa itu jiwa?”, namun tak
seorangpun yang dapat menjelaskan makna jiwa yang sangat tepat.
Menurut
al-aqqad (1991), dalam tradisi pemikiran yunani jiwa ditempatkan sebagai mata
rantai ketiga dari unsure psikis manusia setelah akal dan ruh. Para filsuf
yunani membicarakan ketiga unsure ini dalam tinkatan kejernihan dan kemuliaan
dimana akal menempati tempat pertama karena pada dasarnya esensi akal yang
mutlak adalah tuhan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa saja metode penelitian psikologi?
2.
bagaimana pandangan islam terhadap metode psikologi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Metode psikologi
Dalam
usahanya untuk mempelajari tingkah laku manusia, psikologi menggunakan beberapa
metode-metode tersendiri untuk menyelidiki terhadap suatu objeknya. Objek
psikologi adalah penghayatan dan perbuatan manusia, yaitu perbuatan manusia
yang bersifat kompleks dan selalu berubah. Jiwa bukanlah suatu benda yang mati,
tetapi sesuatu yang hidup dinamis selalu berubah untuk maju menuju
kesempurnaanya. Oleh karena itu, penggunaan untuk suatu metode yang bagaiman
baiknya pasti tidak dapat menghasilkan kebenaran yang mutlak sebab tiap-tiap
metode pasti punya kelemahan-kelemahan disamping kebaikannya.
1. Metode Eksperimental
Cara
ini biasanya dilakukan didalam laboratorium. Hal yang merupakan cirri pokok
dalam metode ini adalah penelitian bisa mengubah situasi dengan tujuan
penelitian. Metode ini merupakan penggabungan metode introspeksi dan
eksperimen. Dengan kata lain, ia mengendalikan variable-variabel tertentu
(variable bebas atau independen) untuk melihat bagaimana akibatnya terhadap
variable lainnya, ( variable tergantung atau dependent variable) atau, situasi
dalam eksperimen ini sengaja dibuat, misalnya: orang dimasukan dalam ruang
simulasi dimana penelitian bisa mengatur kekuatan cahaya atau gelombang suara
yang akan diberikan kepada orang percobaan. Ia pun bisa mengatur jenis-jenis
orang percobaan yang akan ditelitinya, misalnya dibedakan atas dasar jenis
kelamin, usia atau tinkat pendidikannya. Dengan metode ini, misalnya,
penelitian akan dapat mempelajari bagaimana hubungan antara pengindraan dengan
etnis kelamin atau umur.
2. Observasi Alamiah
Metode
obsevasi ialah: metode untuk mempelajari kejiwaan dengan sengaja mengamati
secara langsung, teliti dan sistematis. Dalam hal ini observasi dapat melalui
tiga cara, yaitu:
1. introspeksi
2. introspeksi eksternal
3. ekstrospeksi
Dalam
observasi alamiah, penelitian melaksanakan pekerjaanya dilapangan, yaitu dalam
situasi sesungguhnya dimana situasi tidak dikendalikan oleh peneliti, melainkan
semata-mata dipengaruhi oleh proses alamiah saja. Kalau seseorang peneliti
mengamati tingkag laku orang dipasar atau pemberhentian bis atau diperkebunan,
misalnya yang ia lakukan hanyalah mencatat tingkah laku macam apa saja yang
ditunjukkan oleh orang-orang yang sedang diamati. Peneliti hanya bisa memilih
situasi atau kondisi lingkungan yang hendak ditelitinya sesuai dengan tujuan
penelitian itu sendiri hasil pengamatan itu setelah dikaitkan dendan situasi
lingkungan yang akan dianalisa untuk akhirnya dijadikan bahan pengambilan
keputusan atau kesimpulan. Alat pengumpulan data yang digunakan disini adalah
pedoman observasi.
3. Sejarah Kehidupan
Psikologi
pada dasarnya mempelajari manusia sebagai individu. Untuk mengetahui tingkah
laku seseorang dengan segala latar belakangnya, maka penelitian mengenai
sejarah kehidupan orang yang bersangkutan merupakan salah satu metode yang
penting dalam psikologi. Asumsi dasarnya adalah setiap tingkah laku merupakan
perwujudan atau pencerminan dari keadaan kepribadian seseorang, sedangkan
keadaan kepribadian itu dipengaruhi oleh riwayat hidup masa lalunya. Seorang
yang agresif, misalnya mempunyai riwayat hidup yang tidak menyenangkan semasa
kecilnya atau seorang yang mempunyai hasrat berprestasi tinggi mungkin biasa
mendapat penhargaan atas segala prestasi dari orang tuanya sejak ia masih duduk
sekolah dasar walaupun prestasi itu hanya prestasi yang kecil saja. Data
sejarah kehidupan ini dapat diperoleh melalui penelitian buku harian atau
wawancara tentang masa lalu orang yang bersangkutan.
4. Wawancara
Wawancara
merupakan metode pendidikan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Pada
wawancara pertanyaan-pertanyaan diberikan secara lisan. Adapun keuntungan dari
wawancara itu ialah pada wawancarahal-hal yang kurang jelas dapat dijelaskan,
sehingga orang dapat mengerti apa yang dimaksudkan.
Dan kelemahan dari wawancara adalah
penyelidikan dengan wawancara kurang hemat. Baik dalam soal waktu maupun tenaga
sebab dalam wawancara membutuhkan waktu yang lama.
Wawancara
digunakan untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses
penginderaan, dan sebagai hal yang merupakan tingkah laku yang tidak bisa
ditangkap melalui metode observasi. Adapun teknik wawancara ada beberapa jenis,
yaitu:
a.
wawancara bebas, pewawancara bisa memberikan pertanyaan dan subjek pun bebas
memberikan jawabannya.
b.
wawancara terarah, pewawancara hanya menanyakan hal-hal tertentu yang sudah
ditetapkan terlebih dahulu, akan tetapi dalam pertanyaan pewawancara tidak
terikat dengan aturan tertentu.
c.
wawancara terbimbing, pewawancara harus mengikuti sebuah daftar pertanyaan yang
sudah tersusun terlebih dahulu.
5. angket
Angket
pada hakikatnya adalah wawancara juga. Hanya saja pada angket, kuosioner itu
langsung diberikan pada responden untuk dibaca sendiri.
Keuntungan angket ini antara lain
pengisiannya bisa cepat, jangkauan penyebarannya luas, tidak memerlukan banyak
tenaga pewawancara dan responden dimungkinkan untuk memberikan jawaban tanpa
menyebutkan identitas dirinya sehingga jawaban-jawaban itu diharapkan bisa
lebih jujur dan objektif.
Metode
angket ialah suatu penyelidikan yang dilaksanakan dengan menggunakan daftar
pertanyaan mengenai gejala-ga=ejala kejiwaan yang harus dijawab oleh orang
banyak sehingga berdasarkan jawaban yang diperolehnya dan dapat diketahui jiwa
seseorang.
6. Pemeriksaan Psikologi
Psikologi
untuk meneliti kepribadian atau jiwa subjek adalah pemeriksaan psikologi. Dan
metode ini menggunakan alat-alat tertentu disebut psikodiagnostik. Bentuk
alat-alat psikodiagnostik bermacam-macam, bisa berubah tugas menghitung,
merangkai kata-kata, menjawab pertanyaan-pertanyaan, menggambar, memecahkan
persoalan tertentu. Pada prinsipnya pemeriksaan psikologi dilakukan untuk
memeriksa hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh metode-metode lain seperti
wawancara, observasi, angket.
B.
Metode Psikologi islami
Osman
Bakar menuturkan bahwa ilmu pengetahuan islam senantiasa berupaya untuk
menerapkan metode-metode yang berlainan sessesusi dengan watak subjek yang
dipelajari dan cara-cara memehami objek tersebut. Psikologi islsm adalah kajian
keilmuan tentang jiwa yang memosisikan diri sebagai intregasi unsure ilahiyah
berupa ketetapan wahyu (Al-Qur’an dan
hadist) tanpa
meninggalkan segala usaha yang telah dirintis para pendahulunya dibidang
psikologi. Dalam menyusun metodologi keilmuan tidak harus membentuk atau
merumuskan hal baru di bidang metodologi. Tapi melengkapi sedikit kekurangan
yang ada, yaitu metodologi yang menjembatani alam lahiriah dengan alam
metafisik. Muncullaah sebuah keyakinan bahwa kehidupan ini tidak bisa diukur
oleh hal-hal nyang inderawi atau mengedepankan nalar semata.
Secara garis besar metode-metode
psikologi islam sebagai berikut:
a.
Metode keyakinan
sumber
yang sah dan harus diyakini adalah wahyu ilahi, yaitu Al-Qur’an al-karim dan
hahist. Dari dua pokok rujukan ini kemudian berupaya untuk menangkap
pesan-pesan psikologis yang terkandung, baik dalam segi kandungan materi
(matan) atau dari segi sebab-sebab turunnya ayat (asbab an-nuzul) dan
sebab-sebab turunnya hadist (asbab al-wurud).
b.
Metode Rasionalisasi
manusia
harus menggunakan rasio sambil menyadari keterbatasannya. Kerelatifan rasio
harus dijadikan landasan bahwa rasio dapat mengungkap hal-hal yang berbentuk
(tipu muslihat), perencanaan atau strategi, dan koreksi. Fritjof schuon
mengatakan bahwa rasionalisme itu keliru bukan karena ia berupaya untuk
mengekspresikan realitas secara rasional, sejauh hal iru memungkinkan. Akan
tetapi, karena ia berupaya merangkul seluruh realitas kedalam alam rasio,
seakan-akan hal ini sesuai dendan prinsip segala sesuatu.
c.
Metode Ilmiah
meneliti
hal-hal yang dibatasi oleh ruang lingkup benda-benda yang bersifat indrawi.
Menurut M.D Dahlan, metode ilmiah terdiri atas metode deskriptif adalah
observasi dan riset korelasional.
Di bawah ini dipaparkan contoh metode
ilmiah :
1). Metode observasi. Ada dua macam
metode ini, yaiti (a). yang ada intervensi, seperti observasi partisipan dan
observasi terstruktur; dan (b) yang tanpa interpensi, seperti studi lapangan
naturalistic dimana seorang pengamat bersikap pasif tidak menggunakan
manipulasi. Alat yang digunakan biasanya adalah angket dan dokumen. Kemudian
yang termasuk ke dalam metode ini adalah wawancara.
2). Riset koralesional, yaitu riset
identifikasi hubungan prediktif antara dua fariabel dan juga bisa untuk bentuk
yang lain seperti mengungkap perbedaan.
3). Metode eksperimental, metode ini
digunakan untuk mengetahui sebab akibat, dengan persyaratan validitas eksternal
dan internal, penelitian yang paling tepat adalah penelitian yang bersifat
longitudinal.
4). Metode fenomenologi, menurut hana
jumhana bustaman, metode ini akan sangat tepat digunakan untuk objek yang
dilihat mengarah kepada kondisi dan pengalaman rohani.
d.
Metode non-ilmiah
1). Metode otoritas. Sumber otoritas
yang dapat dijadikan rujukan adalah nabi, sahabat, tabi’ut, tabi’in para wali
dan alim ulama, juga orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan mengalami
suatu peristiwa penting dalam hidupnya dapat juga dijadikan sumber pengetahuan
untuk mengetahui realitas yang tidak tamppak oleh mata.
2). Metode intuisi, tiga alas an
menggunakan metode ini yaitu : (1) banyak digunakan orang dan efektif bagi
mereka yang bergelut di dunia spiritual, (2) dapat diuji kemampuannya dalam
memahami realitas secara objektif, (3) dapat dipelajari oleh siapapun dengan usaha
yang intens dan terbimbing. Puncak dari p[endalaman metode ini adalah
ketersingapan dan keterbukaan.
3). Metode eksperimen spiritual, metode
ini mengedepankan rasa dan penghayatan. Semakin tinggi tingkat sensifitas
seseorang, maka ia akan semakin mudah merasakan getaran dan kondisi kejiwaan
makhluk yang ada di sekelilingnya.
Baik
metode ilmiah dan non-ilmiah keduanya sangat menunjang dalam pencapaian suatu
hakikat kebenaran. Betapapun terlihat mustahil untuk dapat dilakukan, tetapi
metode non-ilmiah itu ada fenomenaya dan perlu untuk mendapatkan perhatian jika
ada indikasi kepada gaya guna dan bermanfaat bagi kepentingan manusia dan
seluruh makhluk. Kedua unsure inilah yang sebenarnya dicari dalam pengkajian
ilmu tentang jiwa.
C.
Psikologi Perkembangan dan
dan metode penelitian islam
Psikologi
perkembangan telah menggunakan metode penelitian yang disesuaikan dengan subjek
penelitin yang hendak dikaji. Bagaimanapun, bayi dan anak-anak tidak dapat
diuji dengan cara yang sama dengan orang dewasa. Sehingga berbagai metode dan
teknik, dipergunakan dalam penelitian psikologi perkembangan. Alat pengukuran
harus memperhatikan tahap perkembangan, terutama aspek kognitif, dari sujek
yang hendak diteliti. Ketika meneliti anak yang lebih tua, terutama remaja,
berbagai alat pengukuran yang dipergunakan untuk mengukur orang dewasa dapat
dipakai, namun tetap harus disederhanakan untuk membuat mereka lebih memahami
atau lebih dapat melaksanakan tugas yang diharapkan.
Untuk
meneliti perkembangan dalam seluruh rentang hiduo manusia, psikolog
perkembangan memiliki sejumlah metode untuk melihat perubahan individu dari
waktu ke waktu. Metode penelitian yang banyak dilakukan antara lain penelitian
longitudinal, penelitian cross sectional, dan penelitian cross sequential atau
accelerated longitudinal design. Selain itu, penelitian eksperimental juga
dapat dilakukan.
Dalam
penelitian longitudinal peneliti melakukan observasi terhadap banyak individu
yang lahir pada waktu yang relative sama (suatu kohor) dan menemukan observasi
baru dari anggota usia kohort tersebut. Metodeini dapat dipergunakan untuk
mengambil kesimpulan tentang berbagai jenis perkembangan yang bersifat
unifersal atau normative, yang paling banyak berlaku pada kohort tersebut.
Penelitian dapat juga melakukan observasi cara dimana perkembangan berbeda
antarindividu dan membuat hipotesis tentang penyebab variasi yang terobsesi
dari data yang di ambil.
Namun, penelitian longitudinal seringkali
terlalu memakan banyak waktu dan biaya, membuat kurang dapat dilakukan dalam
beberapa situasi tertentu. Selain itu, anggota kohort juga memiliki riwayat
atau pengalaman yang bersifat unik sesuai generasi mereka, sehingga trend
perkembangan normative dapat bersifat unufersal hanya untuk kohort mereka.
Dalam penelitian cross-sectional,
seorang peneliti mengobservasi antara perbedaan individu dari berbagai usia
pada satu waktu. Secara umum, penelitian ini membutuhkan sumberdaya yang lebih
sedikit dari pada penelitian longitudinal. Selain itu, riwayat subjek juga tidak
terlalu menjadi variable pengganggu, karena masing-masing individu berasal dari
kohort yang berbeda-beda. Namun, sebaliknya, penelitian cross-sectional bukan
merupakan cara yang paling efektif untuk mengkaji perbedaan antar individu,
karena perbedaan ini dapat terjadi bukan sebagai hasil perbedaan usia,
melainkan dari paparan subjek yang berbeda.
Penelitian
cross-sequential study atau accelerated longitudinal design merupakan kombinasi
dari kedua metodologi diatas. Dengan metodologi ini, peneliti mengobservasi
anggota dari kohort kelahiran yang berbeda pada satu waktu, dan kemudian
mengikuti semua peserta sepanjang waktu, mencatat parubahan dalam kelompok.
Dengan membandingkan perbedaan dan persamaan dalam perkembangan, seseorang
dapat lebih mudah menentukan perubahan apa yang dapat diatribusikan pada
individu dan lingkungan historic, dan apa yang benar-benar bersifat unifersal.
Tentu saja, penelitian ini membutuhkan sumber daya yang banyak dibandingkan
penelitian longitudinal.
Selain
penelitian diatas dapat juga dilakukan penelitian eksperimental. Seluruh
penelitian diatas bersifat korelasional, sehingga kita tidak dapat mengambil
kesimpulan sebab akibat dari data yang dihasilkan. Penelitian eksperimen
memiliki prosedur yang ketat yang membutuhkan randomisasi tugas dari kelompok control
dan kelompok eksperimen, sehingga merupakan penelitian yang paling kuat untuk
mengambil kesimpulan yang bersifat kausal. Namun, penelitian-penelitian yang
bersifat korelasional lebih sering dilakukan dalam penelitian tentang
perkembangan, terutama karena pertimbangan etika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar