BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara mayoritas,
para memimpin memiliki kesamaan, yaitu adanya pengikut yang setia. Seperti
halnya tukang kayu yang tidak dapat bekerja tanpa palu, gergaji, dan paku,
begitu juga pemimpin tidak mampu memimpin tanpa pembantu atau pengikut setia.
Kebanyakan pemimpin memiliki pengikut yang setia. Pada gilirannya, seorang
pemimpin harus kimitmen dengan syarat-syarat dan sifat-sifat istimewa yang
membuat orang lain mengikutinnya dengan senang hati.
Seorang pemimpin
yang menginginkan bawahannya atau pengikutnya kompak dan berwibawa selalu
menanamkan solidaritas, baik di bidang sosial maupun pembelaan.
1.2
Tujuan
Tujuan pembuatan/penyusunan makalah ini adalah
:
- Melengkapi
tugas kelompok etika kepemimpinan islam yang telah diberikan.
- Menambah
wawasan pada tim penyaji maupun pembaca.
- menjadikan makalah ini sebagai refrensi bagi siapa saja yang membutuhkan.
1.3 Rumusan Masalah
- Syarat-syarat
pemimpin dalam islam?
- Pendapat
para ahli tentang syarat-syarat pemimpin dalam islam ?
1.4 Batasan Masalah
Dalam pembahasan materi makalah kali ini kami
membatasi pembahasan hanya pada syarat-syarat
pemimpin dalam islam. Dalam syarat-syarat tersebut kami memaparkan penjelasan-penjelasan yang menurut kami wajar dengan apa yang tertera pada batasan-batasan tersebut.
BAB II
SYARAT-SYARAT PEMIMPIN DALAM ISLAM
Devenisi kepemimpinan secara luas
meliputi proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi
pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya. Selain itu juga memengaruhi interpretasi mengenai
peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian aktivitas-aktivitasa
hubungan kerja sama untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dari
orang-orang di luar kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai
kekuatan untuk menggerakkan dan memengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah
alat, sarana atau proses untuk memujuk orang atau bersedia melakukan sesuatu
secara suakrala/sukacita.[1]
Karakter seorang pemimpin yang harus
mampu memimpin golongan islam secara keseluruhan adalah harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a.
Adil
dan jujur
Islam menyakini
bahwa dunia tidak akan menjadi aman dan makmur, apabila keadilan tidak
dijadikan neraca dalam hubungan-hubungan kemanusiaan di segala bidang.Menurut
islam, hidup berdampingan dapat aman dan tentram bila keadilan ditegakkan.Adil
tdak mengenal hubungan famili atau bukan, akan tetapi berpijak atas dasar
kebenaran. :
Firman
allah:[2]
Artinya:
“ Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” .
(Q. S. Al-Maidah: 8)[3]
b.
Bijaksana
dalam menghadapi masalah [4]
Menghadapi
aneka ragam persoalan dan pendapat di kalangan islam memerlukan pemimpin yang
bijaksana. Tanpa adanya kebijaksanaan, maka keselamatan dan keutuhan ummat akan
rerancam.seorang pemimpin harus bisamenempatkan diri pada posisi yang
netral,bila kemelut terjadi antara masing-masing golongan.
Bijaksana dalam istila
Arab disebut “ Hakiem ,” maka menurut
Qamus “ Lisanul Arab “diartikan : seorang yang paham benartentang seluk-beluk
teknik mengerjakan sesuatu dan dia mahir di dalamnya.
Menurut muhammad
natsir, bijaksana adalah kemampuan untuk mentuk memilih bentuk yang tepatdan
mempergunakannya secara tepat. dalam hal ini maka bijaksana dapat dibagi
menjadi beberapa bagian :
·
Bijaksana, dalam
arti kemampuan memilih saat harus bertindak, dan bila harus diam.
·
Bijaksana, dalam
mengadakan kontak pemikiran dan mencari titik pertemuan.
·
Bijaksana,
dengan Uswatun Hasanah dan Lisanul Hal.
c.
Berpandangan luas serta tidak fanatik golongan.
Seorang
pemimpin yang berpandangan luast,ia dapat mempertemukan pendapat yang
berbeda-beda, agar masing-masing puas dengan pendapatnya itu.bila ternyata
tidak dapat dipertemukan, maka dengan kebijaksanaanya dapat menyadarkan [5]pihak
yang paling merasa benar itu, agar menghargai pendapat orang lain, karna
masing-masing memiliki argumentasi.
Pimpinan ummat yang
memiliki sifat dan watak fanatik golongan tentu
tidak disukai oleh pihak lain yang tak sepaham, karna khwatir bahwa
fahamnya nanti akan membawa pengaruh. Setidak-tidaknya dengan kepemimpinanya
akan mempengaruhi jalan fikiran bagi pihak yang berbeda.
d.
Berjiwa
integrasi
Bagi
kepentingan ummat, maka adanya organisasi-organisasi (golongan) sekretaris itu lebih baik dari pada tidak ada sama
sekali.dalam usaha mewujudkan integrasi harus berpegang teguh pada
kaidah-kaidah dan norma-norma integrasi.
Intekrasi ummat yang
haeus dicapai sekarang adalah mengusahakan adanya koordinasi dan kerjasama
diantara golongan-golongan guna
mewujudkan keseragaman dalam konsepsi, planning dan strategi.
Untuk mencapai
integrasi yang ideal itu,maka pemimpin
umat harus menempuh jalan antara lain :
Ø
Merumuskan
konsepsi integrasi dengan menggali dan kembali kemurnian ajaran islam.t
Ø
Membentuk kader
integrasi
Ø
Meninkatan
kecerdasan dan kesadaran ummat
Ø
Menumbuhkan
kekuatan-kekuatan integrasi di setiapgolongan dan lapisan masyarakat.
e.
Wibawa
dan disegani oleh semua golongan
Kepatuhan
yang ditunjukkan oleh ummat yang menjadi pengikutnya adalah karena
kewibawaannya dalam memimpin ummat. Kewibawaan timbul karena sang pemimpin tadi
memiliki moral force (kekuatan moral) dan ilmu pengetahuan yangluas. Keseganan
timbul karena pemimpin tadi memiliki konsikuensi antara kata-kata dengan
perbuatan.
Kewibawaan sebagai
pemimpin ummat yang tercermin dalam akhlaknya ia selalu memiliki sikap adil
akan semua golongan. Sikap tasamuh (toleransi ) atas perbedaan pendapat
senantiasa nampak dalam tingkah lakunyanya. Tak satu orang pun merasa dianak
tirikan. Kebijaksanaan dalam menempuh muswarah setiap ada perbedaan pendapat,
selalu ia manfaatkan. Dalam mengambil keputusn ia tisak berat sebelah.Rasa Tafakulul ijtima’ (
tanggung jawab bersama ) ia tanamkan
pada segenap ummat, sehingga setiap bagian masyarat islam ditimpa
marabahaya, semua ikut rasa bertaggung jawab. Demikian juga ta’awun
(tolong-menolong) ia tumbuhkan dalam masing-masing golongan .
f.
Lebih
mementingkatkan kepentingan ummat daripada kepentingan golongan.
Sebagai pemimpin
ummat, ia harus bisa merumuskan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
atau golongan. Hendaknya disadari bahwa timbulnya kekuatan lahir atas dasar
kebersamaan. Meningkatkan kualitas ummat,memperbaiki sarana peribadatan,
menaikkan tingkat hidup ummat, kiranya akan lebih simpati daripada
mempersoalkan pakai qunut atau tidak dalam shalat shubuh dan yang sejenis
dengan itu. Bila pemimpin itu sudah mengena dihati ummat, maka usaha
pengembangan kearah mana saja akan dipatuhinya, sebab ia telah membuktikan
loyalitasnya terhadap ummat yang dipimpinnya.[6]
Syarat-syarat kepemimpinan menurut para
tokoh:[7]
1. Kartono
(2005: 35-38) mengatakan benhwa persyaratan kepempimpinan itu harus selalu
dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu:
a) Kekuasaan,yaitu
otoritas dan legalitas yang memberikan kewenangan kepada pemimpin guna
mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuaat sesuatu.
b) Kelebihan,
keunggulan, keutamaan sehingga orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang
tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu.
c) Kemampuan,
yaitu segala daya kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau keterampilan teknis maupun sosial yang
dianggap melebihi dari kemapuan anggota biasa.
2. Stogdill,
mengatakan bahwa pemimpin harus memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a) Kapasitas,
yaitu kecerdasan,kewaspadaan, kemampuan berbiacara dan kemampuan menilai.
b) Prestasi
atau achievemen, yaitu gelar keserjanaan, ilmu pengetahuan perolehan dalam olah
raga dan atekuletik, dan lain-lain.
c) Tanggung
jawab, yaitu mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan
punya hasrat untuk unggul.
d) Partisipasi,
yaitu aktif, memiliki sosialibitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka
berkerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.
e) Status,
yaitu memiliki kedudukan, sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer dan tenar.
3. Nightingale
dan schult dalam sudriamunawar (2006: 4) mengatakan bahwa seorang pemimpin
perlu memiliki kemampuan, yaitu:
a) Kemandirian,
hasrat untuk memajukan diri sendiri (induvidualisme).
b) Besar
rasa ingin tahu dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda.
c) Multiterampil
atau memuliki kepandaian yang beranekaragam.
d) Memiliki
rasa humor, suka berkawan, antusiasme yang tinggi.
e) Ferpeksionis,
selalu ingin mendapatkan yang sempurna.
f) Mudah
menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi
g) Sabar,
tapi tidak berarti diam atau berhenti
h) Waspada,
peka, jujur, optimis, gigih, ulet dan realistis.
i)
Komunikatif,
serta pandai berbicara atau berpidato.
j)
Berjiwa
wiraswasta.
k) Sehat
jasmani, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat serta berani
mengambil resiko.
l)
Tajam
firasatnya, adil pertimbangannya.
m) Berpengetahuan
yang luas dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuannya.
n) Memiliki
motifasi yang tinggi, sadar akan target yang harus dicapainya dengan idealisme
yang tinggi, dan punya imajinasi, dan sinerjik.
Jika syarat-syarat yang telah
dikemukakan para ahli tersebut di atas diterapkan dalam memilih atau mengangkat
para pemimpin birokrasi, maka dapat membantu dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin birokrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan
dan memengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses
untuk memujuk orang atau bersedia melakukan sesuatu secara suakrala/sukacita.
Sebagai pemimpin ummat, ia harus bisa merumuskan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Hendaknya disadari bahwa timbulnya kekuatan
lahir atas dasar kebersamaan.
Meningkatkan kualitas ummat,memperbaiki
sarana peribadatan, menaikkan tingkat hidup ummat, kiranya akan lebih simpati
daripada mempersoalkan pakai qunut atau tidak dalam shalat shubuh dan yang
sejenis dengan itu. Bila pemimpin itu sudah mengena dihati ummat, maka usaha
pengembangan kearah mana saja akan dipatuhinya, sebab ia telah membuktikan
loyalitasnya terhadap ummat yang dipimpinnya
3.2 Pesan dan Saran
Kami dari pemakalah mengharapkan jangan
jadikan makalah ini sebagai reprensi yang mutlak untuk membuat tugas atau yang
lainnya.
[1] Prof.
Dr. Veithzal Rivai, M. B. A. Dan Prof. Dr. Deddy Mulyadi, M. Si. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
( Jakarta: Rajawali Perss, 2011). Hal 2.
[2] Drs. EK.
Imam Munawwir, Asas-Asas Kepemimpinan
dalam Islam. (Usaha Nasional: Surabaya). Hal 146
[3] Asas-Asas
Kepemimpinan dalam Islam. Hal 155
[4]
DR.Thariq M. As-suwaidan Dan IR.Faizal Umar Basyarahil. Pemimpin masa depan. (Jakarta: Gema Insani Press,2005). Hal 48.
[5] Asas-Asas
Kepemimpinan dalam Islam. Hal 156
[6] Asas-Asas Kepemimpinan dalam Islam. Hal 156
[7] Harbani
Pasolong. Kepemimpinan Birokrasi.
(Bandung: Alfabeta, 2013). Hal 11
sekianlah dari hasil apa yang dosen tugaskan pada saat saya mengikuti perkuliahan semoga bisa diambil manfaat. lebih dan kurang saya mohon maaf. wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar