MAKALAH KOMUNASI DAKWAH- ketika matahari mulai terbit maka semua orang akan bertebaran mencari riskinya masing-masing dan anak sekolah mulai berangkat untuk menuntut ilmu, sedangkan para ilmuan akan sibuk dengan penelitian atau studinya. dan saya juga akan pergi untuk beraktivitas, tapi sebelmu saya berangkat saya akan membagiikan sebuah ulasan yang membahas tentang Komunikasi dakwah. berikut saya jabarkan.
BAB I
ERA BARU BERKOMUNIKASI
Seorang pakar sekaligus konsultan komunikasi, Maureen Melanchuk,
melukiskan zaman ini sebagai ruang pengap menyesakkan karena dibanjiri
informasi. Hiruk pikuk kehidupan para penghuninya hampir selalu didominasi
persoalan yang bersumber pada semakin derasnya arus informasi.
Atas fenomena seperti itu beragam kajian mulai digelar. Banyak
alasan yang melatari kajian-kajian yang dimaksud. Salah satunya berkaitan
dengan mulai munculnya kegelisahan masyarakat menghadapi dampak yang sering
sulit dikendalikan. Dalam arti semakin orang peduli dengan zaman ini, semakin
gelisah kehidupannya.
Di Indonesia, ketika dampak media mulai mengkhawatirkan, dengan
munculnya kecendrungan kalangan muda mengadopsi budaya asing yang dipandang
kurang bersahabat dengan kebudayaan lokal, negara mulai membuat regulasi
meskipun sangat rentan kontroversi. Silang pendapat seputar penetapan
undang-undang pornografi adalh salah satu h menarik respons negara dan
masyarakat terhadap fenomena tersebut. Namun demikian, bersamaan dengan
munculnya dampak negatif media terhadap kehidupan sosial masyarakat, semakin
besar pula dirasakan manfaat besar media, khususnya bagi kepentingan penyebaran
pesan-pesan agama.
Kini media lebihn dari sekedar cetak dan elektronik. Mereka tumbuh
dengan karakteristiknya sendiri. Melalui fasilitas internet, aktivitas
komunikasi semakin meluas menyentuh hampir semua pojok kehidupan. Jauh lebih
dari itu, internet adalah sebuah ruang ekspresi. Ia adalah rumah, perpustakaan,
toko buku, bioskop, televisi, tempat rekreasi, ruang komunitas, bahkan dengan
beberapa batasan, ia adalaj ekspresi keagamaan.
2.1.
Tantangan Dakwah Di Jagat Maya
Secara
sosiologis, penerapan teknologi komunikasi dan informasi dalam kehidupan dapat
mengubah ragam interaksi masyarakat secara signifikan. Masyarakat dakwah kini
bukan saja mereka yang berada di depan mata, melainkan juga mereka yang secara
bersama-sama ada di ruang abstrak yang disebut dunia maya. Media telah
menggiring individu memasuki ruang yang memungkinkan saling berinteraksi.
Internet misalnya, kini telah membentuk ruang maya tempat bertegur sapa secara
interaktif ytang kemudian kita kenal dengan istilah syberspace.
Dengan
demikian, kedepan diperlukan pola-pola penyampaian dakwah islam yang tidak lagi
menuntut kehadiran masyarakat secara lansung. Salah satu solusinya adalah
dakwah disampaikan melalui bantuan media. Medialah yang kemudian mengantarkan pesan-pesan
hingga menyentuh para jamaah dalam beragam nuansa dan suasana. Dengan begitu,
dakwah dapat berjalan terus meskipun kesempatan mereka telah tersita
seluruhnya. Dakwah yang disampaikan melalui media massa akan tetap datang
mengunjungi mereka yang sedang beristirahat di rumah masing-masing. Mereka
tetap bisa menikmati sajian dakwah islam, tanpa harus meninggalkan pertemuan
keluarga selepas makan malam.
Tuntutannya
adalah kini semakin dibutuhkan para juru dakwah yang akrab dengan teknologi
informasi dan komunikasi sekaligus memahami teknik dan strategi pemanfaatan
media. Selain memiliki pengetahuan yang mapan tentang agama yang akan menjadi substansi
pesan-pesan komunikasi yang akan disampaikannya, merekia juga dituntut memahami
berbagai pendekatan dan strategi penggunaan media. Sebab corak dan gaya
penyampaian pesan-pesan yang disalurkan melalui media massa tidak selalu sama
dengan corak dan gaya paparan lisan yang bisa disampaikan secara konvensional
di atas mimbar, belum tentu juga menarik di ayar kaca.
2.2.
Persentuhan Komunikasi dan Dakwah
Aktivitas dakwah dan komuniklasi sepintas memang tampak sama, atau
berhmpitan antara satu sama lain. Jika komunikasi didefenisikan sebagai proses
pengiriman dari seseorang kepada satu ata beberapa orang melalui simbol-simbol
yang bemakna, dakwah pada dasarnya merupakan bagian dari kegiatan komunikasi.
Secara sederhana, dakwah dapat juga dipandang sebagai proses penyampaian
pesan-pesan tentang kebajikan dari seorang penyeru kepada audiens. Namun dari
sisi konsep, keduanya memiliki ciri sendiri.
Dalam konteks ilmu, kedua istilah itu berbeda. Komunikasi dan
dakwah merupakan satu disiplin ilmu tersendiri. Ilmu komunikasi dan ilmu
dakwah. Keduanya memiliki objek masing-masing, baik objek formal maupun
material. Secar etimologi, keduanya juga berbeda. Komunikasi sendiri berasal
dari bahasa inggris “to communicat” yang berarti menyampaikan. Sedangkan
dakwah berasalh dari kata bahasa arab, da’a, yad’u, da’watan, yang
berarti memanggil. Menyampaikan dan memanggil tentu berbeda.secara sederhana
bukti perbedaan itu juga dapat ditelusuri dari sisi pengalibahasaan kedua kata
itu. Jika communicat diartikan kedalam bahasa arab maka ia tidak akan menjadi
dakwah begitu juga sebaliknya jika dakwah diartikan kedalam bahasa inggris maka
tidak akan menjadi communicat.
Oleh karena itu, menganalogikan dakwah dan komuniakasi, baik secara
ilmu maupun praktis tidak bisa begitu saja diterima. Komunikasi dan dakwah
tetaplah berbeda meskipun memiliki kesamaan objek, yaitu manusia.
BAB II
RUANG BARU KOMUNIKASI
DAN DAKWAH
Hanya dalam hitungan detik, begitu lahir, setiap bayi menangis.
Suara tangis itulah yang membuat ibu bapaknya bahagia. Selain menangis, iapun
dapat meronta meski baru diwakili gerakan tangan dan kaki. Jika suara dan gerak
itu melambangkan bahasa verbal dan nonverbal, seoalah hanya ada dua pesan yang
dapat bayi komunikasikan. Padahal, mungkin masih bnyak pesan lain yang ingin
mereka sampaikan. Yang menarik lagi, tulis Elizabeth B. Hulock (9170), reaksi
sosial terhadap tangisan itu justru dapat mempengaruhi frekuensi menangis sang
bayi.
Di dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak cara manusia
berkomunikasi baik secara sadar maupun tidak sadar mereka lakukan. Jadi,
komunikasilah sesungguhnya yang telah mengantarkan manusia ini menjadi manusia,
mengenal dirinya dan seluruh lingkungan yang mengikat kehidupannya, termasuk
kesadaran akan keberadaan tuhannya. Dalam komunikasi, manusia menemukan
kesadaran cinta, yang sewaktu-waktu mengajari tenggalam dalam rimba rindu, atau
manusia membentuk dunia ini dalam nuansa kehidupan yang nostalgis dan prnuh
romantis. Komunikasi akhirnya mengajak kita untuk menerima kenyataan. Di antara
sesamanya manusia menjadi semakin dekat, dan semakin komunikatif, tidak saling
menjauh yang dapat membuat jarak semakin renggang dan semakin tidak komunikatif.
3.1. Konsep
Dasar Komunikasi
Komunikasi insani adalah proses prtukaran pesan yang berlansung
dalam dunia manusia. Karena itu, ia selalu melibatkan manusia, baik dalam
konteks intrapersonal, interpersonal, kelompok maupun massa.
Sebagai aktor komunikasi, baik sebagai komuikator maupun komunikan,
manusia merupakan sosok yang penuh dengan muatan nilai. Tidak ada manusia yang
bebas nilai sehingga ia mampu merespons suatu pesan sesuai dengan nilai yang
dianutnya. Nilai yang dianut manusia dapat bersumber pada budaya, tradisi,
normal sosial yang berlaku dalam masyarakat, atau bahkan agama dan kepercayaan.
Latar belakang nilai inilah yang kemudian ikut mempengaruhi faktor persepsi ketika seseorang memaknai simbol
yang diterima sekaligus merumuskan pesana yang akan disampaikan. Karena pesan
dalam komunikasi selalu sarat nilai.
Proses komunikasi sendiri meminjam model yang dikembangkan Defleur
(1992), hampir selalu melibatkan sekurang-kurangnya empat faktor dominan. Pertam,
latar belakang sosial budaya para
pelakunya. Kedua, hubungan sosial di antara pelakunya. Ketiga,
lingkungan fisik tempat komunikasi itu dilakukan. Keempat, pengalaman
komunikasi sebelumnya.
3.2. Bahasa dan
Komunikasi
Buku A Theory of Communication and Use of Language sepintas
mengisyaratkan adanya relasi funsional antara bahasa dan komunikasi. Konon,
riset komunikasi membuktikan bahwa hingga saat ini, bahasa diakui sebagai media
yang paling efektif dalam melakukan komunikasi insani. Isyarat verbal masih
mendominasi perilaku komunikasi yang diperankan oleh semua lapisan manusia,
bahkan di era komunikasi bermedia sekalipun, bahasa lisan masih merajai dalam
kegiatan komunikasi, khususnya di tengah masyarakat teradisional dan bahkan
masyarakat modern yang hidup di negara maju maupuan negara yang belum maju,
atau masyarakat di negara berkembang.
Bahasa dapat menjembatani dua atau elbih pikiran dan persaaan
terutama untuk membangun kesamaan-kesamaan yang diperlukan dalam peroses
komunikasi. Jembatan penghubung inilah yang kemudian diekspresikan secara
verbal melalui bahasa. Dalam banyak hal, bahasa dapat mempermudah menemukan
kesamaan rujukan sejauh simbol-simbol yang digunakannya dapat dimaknai secara
sama pula, dengan meminimalkan kemungkianan terjadinya perbedaan persepsi atas
simbol bahasa yang digunakannya.
Jika bahasa dalam fungsinya disaluyrkan melalui simbol-simbol
verbal dengan memanfaatkan kosakata yang tersedia dalam memory manusia,
simbol-simbol verbal itu akan menjadikan perekat rasa di antara pelaku
komunikasi. Nilai-nilai universal yang melekat pada simbol-simbol bahasa inilah
yang dalam proses interaksi sosial di antara pemeluk agama dapat digunakan
dalam kegiatan komunikasi sehari-hari.
3.3. Komunikasi
Para Dai
Dalam berdakwah, para da’i atau mubalig umumnya memanfaatkan
kemampuan komunikasi yang dimilikinya. Dakwagh bil-lisan seoalah menjadi
satu-satunya saluran yang mereka pergunakan dalam menyampaikan pesan-pesan
tuhan untuk dijadikan pegangan dalam hidup. Para dai ataupun mubalig
sesungguhnya tahu kalau ada pendekatan lain dalam mengajak orang berbuat baik
seperti bil-hal atau pendekatan uswah.
Sejak awal, al-quran telah memperkenalkan sejumlah pendekatan
komunikatif dalam dakwah agar mampu menyapa umat melalui kearifan rasa bahasa
yang menjadi pakaiannya sehari-sehari. Al-quran juga senentiasa mengingatkan
para pengikutnya untuk melakukan dakwah sesuai dengan problrma serta kapasitas kebudayaan masyarakat yang
dihadapinya. Jika Rasulullah pernah mengisyaratkan bahwa dakwah itu harus
dilakukan dengan mempertimbangkan ukuran akal masyarakatnya, dakwah juga harus
melihat secara cerdas watak kebudayaan setempat di mana dakwah itu dilaksankan.
Mungkin, inilah yang biasa dilakukan para juru dakwah dalam
mengemban misi mengajak umat menegakkan kebajikan. Di antara para juru dakwah
yang dikenal terampil menggunakan bahasa umatnya, dapat disebutmisalnya E.Z.
Muttaqien, Totoh Ghzali dan lainnya. Dalam berdakwah biasanya mereka larut
berkomuikasi dengan para jamaah, dan lewat komunikasilah biasanya mereka
menyapa dan menyentuh kebuthan umat.
BAB III
KOMUNIKASI:
SENI MEMBANGUN INSANI
Pada dasarnya, komuikasi merupakan proses penciptaan makna antara
dua orang atau lebih aktor komunikasi lewat penggunaan tanda-tanda. Dalam
komuikasi, tanda-tanda tersenut bisa berbentuk verbal atau nonverbal. Bahkan,
kedua jenis tanda itu pada praktiknya dapat saja, atau hampir selalu hadir
secara bersamaan untuk saling memperkuat atau memperjelas makna.
Seorang mubalig yang mengenakan baju taqwa dan kain sorban
dilehernya, tampil penuh percaya diri seolah memperoleh kekuatan psikologis
dari pakaian yang dikenakannya sekaligus memberikan daya tarik tersendiri bagi
para jamaah.
Jadi, sebetulnya komuikasi melibatkan banyak pertimbangan psikologis,
yang dalam banyak hal, aspek psikologis ini menjadi kekuatan penghubung antar
pelaku komunikasi.
4.1. Memelihara
Ruang Komunikasi
Komunikasi dapat dilihat dalam bingkai proses yang fleksibe, dan
mudah berubah-ubah. Ketika dihadapkan pada kenyataan individu yang satu sam
lain selalu menujukkan perbedaan-perbedaan, ia tidak pernah kaku memperlakukan
setiap individu.
Komunikasi penuh nuansa. Dilihat dari sisi fungsi yang biasa
diperankannya, komunikasi merupakan alat yang dimainkan oleh banyak aktor. Sedangkan
bila dilihat dari sis ruang manusia, komunikasi ada di mana-mana. Komunikasi
dapat dioptimalkan dengan memperhatikan sekurang-kurangnya ada tiga hal yaitu;
Pertama, isi komunikasi,
atau biasa juga disebut konten, yakni pesan-pesan yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan adalah substansi komunikasi yang dapat mengubah seseorang
atau sekelompok orang menjadi sosok seperti apa yang dikehendaki komunikator.
Kedua, konteks
komunikasi, yakni lingkungan, tempat, dan waktu di mana komunikasi itu
dilakukan. Lingkungan fisik, seperti bentuk dan gaya arsitektur ruangan, waran
dominan yang digunkan, serta tata letak ruang dapat berpengaruh terhadap
aktiviatas komunikasi. Konteks suasana juga memberikan kontribusi penting dalam
menciptakan eektivitas komuikasi.
Ketiga, kontak antar
pelaku komunikasi, yakni terbentuknya hubungan individual antara aktor
komunikasi sehingga pesan-pesan akan mudah disalurkan. Konteks antar pelaku ini
terjadi pada aspek fisik dan psikis.
4.2. Negosiasi:
Memepertemukan Kepentingan
Negosiasi adalah bentuk lain dari komunikasi. Negosiasi juga sering
disebut seni membina hubungan insani. Negosiasi salah satunya, dapat digunakan
untuk mempertemukan kepentingan-kepentingan, atau mencairkan lalu-lintas
pertukaran gagasan dan keinginan. Negosiasi sering digunakan dalam berbagai
kepentingan formal, seperti dalam ruang poltik yang memeperoleh keuntungan
lebih besar.
Secara teknis, proses negosiasai berkaitan erat dengan proses
probelm solving. Negosiasi pada dasarnya merupakan proses kompromi untuk
menemukan solusi dari perbedaan. Secara teknis, negosiasi ditempuh melalui
komunikasi. Karena itu, proses negosiasi seperti halnya proses probelm solving.
Sebagai proses negosiasi, dakwah dilakukan untuk mewujudkan ajakan
dalam beragama di antara tarikan-tarikan kehendak manusia. Seorang da’i juga
seorag negosiator di antara tarikan-tarikan itu. Islam adalah pesan yang dapat
dinegosiasikan untuk menembus nilai-nilai, tradisi, budaya, ataupun yang telah
dianut oleh masyarakat yang dihadapinya.
BAB IV
FLESIBILITAS
PROSES DAKWAH
Secara teknis, dengan menimbang karakteristik masyarakat, dakwah
sejatinya tetap menjadi wujud aktivitas sosial yang fleksibel, tidak bisa
dipaksakan, baik pada aspek substansi amupaun pendekatan. Dakwah idealnya
selalu berpihak pada kebutuhan dasar manusia, sebagai individu dan komunitas
yang sarat ruang psikologi. Dai sendiri adalah sosok bijak yang memahami arti
penting perbedaan sebagai ciri dasar individu. Mereka tidak sama dan tidak bisa
di samaratakan. Mereka adalah sosok yang selalu bergerak dalam rentangan
fleksibilitas yang dinamis dan humanis.
Dari sisi zamannya, dakwah telah berlansung melalui masanya yang
amat panjang dan beragam, sejak masa Rasulullah samapai pada masa di mana
peradaban manusia telah sampai pada tingkatnya yang tinggi. Karena pertimbangan
itulah, sejumlah ahli berijtihad tentang pendekatan dakwah pada masyarakat
industri dan era informasi; sebagaimana islam bisa ditransformasikan kepada
masyarakat dengan segala corak kebudayaan yang selalu berubah sekaligus
melahirkan problematikanya yang semakin kompleks.
Namun demikian, ada hal yang harus dicatat dalam melakukan adptasi
ajaran. Proses adaptasi dilakukan dengantetap memelihara semangat keislaman
yang ditransformasikan melalui kegiatan dakwah. Universalisme ajaran diperlukan
sebagai tali pengikat yang dapat memperkokoh bangunan ajaran sehingga tidak
bergeser menjadi keputusan lokal. Pada lain sisi, pesan-pesan dakwah juga
terikat pada sunnah-sunnah alam sehingga tetap bersahabat dengan lingkungan sosial
di sekitarnya. Dengan kata lain, proses adaptasi disini lebih dimaksudkan
sebagai upaya pribumisasi islam dalam lingkuangan sosial dan lain-lainnya.
Sesuai dengan prinsip islam sebagai agama kemanusiaan, di manapun dan kapanpun.
BAB V
DAKWAH DAN TANTANGAN
MASA DEPAN
Dulu, pada dekade 60-an atau 70-an, tidak banyak ditemukan kegiatan
dakwah seperti yang terjadi saat ini. Dalam pengertian tablig, kegiatan dakwah
hanya ditemukan dalam kesempatan terbatas pada hari-hari besar islam.
Sekarang, sekitar tiga dasawarsa kemudian,frekuensi kegiatan tablig
meningkat luar biasa.secara kuantitatif, tablig dilaksanakan di mana-manadan
hampir pada semua kesempatan. Ia hadir bukan saja pada momentum hari-hari
islam, bahkan pada hari-hari besar nasional pun, tablig seolah telah menjadi
agenda yang tidak bisa ditinggalkan. Pada agenda peringatan hari kemerdekaan
dan lainnyaselalu disisipkan acara keagamaan tablig.
Selain itu, media massa pun, baik cetak maupun elektronik, semakin
gempita menyajikan beragam progam keagamaan. Lebih-lebih pada momentum
keagamaan sepertti bulan ramadhan. Seluruh stasiun televisi, radio, dan media
cetak menyediakan space khusus keagamaan islam. Media bukan saja menyajikan
program keagamaan dalam sajian tablig secara eksklusif, melainkan juga dalam
beragam acara keagamaan dengan kemasan yang bervariasi. Sebuah pemandang yang
tidak ditemukan pada era 60-an atau 70-an.
Namun jika dilihat dari situasi sosial yang menjadi sasaran utama
tablig, kondisi masyarakat justru memperlihatkan gambaran sebaliknya. Secara
sederhana, dengan menggunakan asumsi bahwa pesan-pesan tablig itu sampai kepada
masyarakat, dapat diduga bahwa gempita tablig ini tidak memberikan pengaruh
positif secara signifikan.
Sebagai kekuatan yang seharusnya menjadi penggerak perubahan sosial
secara positif, dakwah seoalah tidak sanggup menghidupkan nilai-nilai agama
dalam kehidupan masyarakat secara lebih produktoif. Padahal secara sosiologis,
dakwah pada dasarnya dimaksudkan untuk menhidupkan fungsi-fungsi sosial yang
tumbuh berkembang di masyarakat.
Dalam keadaan seperti itu, dakwah diharapkan dapat menawarkan
soslusi sebagai ikhtiar produktif dalam melakukan rekayasa individu dan
masyarakat melalui proses tranformasi nilai-nilai sesuai dengan pesan-pesan
ajaran islam. Dakwah menjadi kekuatan yang menghidupkan semua susistem yang
terlibat dalam pembentukan pranata yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Untuk itu, secara teknis paling tidak terdapatb dua variabel yang dapat
dipertimbangkan berkaitan dengan pelaksanaan dakwah.
Pertama, berkaitan
dengan variabel identitas diri masyarakat dakwah. Dalam konteks ini, ada
beberapa problema yang cukup dominan yang dapat mengganggu efektivitas dakwah,
seperti krisis identitas sebagai akibat masuknya beragam budaya asing.
Kedua, berkaitan dengan
variabel dakwah sendiri yang masin memperlihatkan rendahnya mutu dan relevansi.
Secara internal, proses dakwah belum cukup cerdas memahami kecendrungan
masyarakat yang menjadi sasarannya. Dakwah baru berlansung sesuai dengan
kehendak para pelakunya sendiri. Padahal, dakwah merupakan konsumsi masyarakat
yang perlu diolah dalam satu ramuan yang tepat.
BAB VI
DAKWAH DI TENGAH DERAS
ARUS INFORMASI
Pada
tahun 1432 h,perbedaan pendapat
penetepan tanggal 1 syawal muncul agak nenegangkan.namun melalui media
masyarakat dapat dengan mudah
menyaksikan suasana siding yang
terjadi di ibu kota.Dengan bantuan media audio-visual,semuanya menjadi terasa
lebih semangkin dekat.mungkin inlah
cirri antara era informasi,di mana dunia telah berubah menjadi desa buana(
global fillage)
a.
Peran
delematis dakwah
Ada
3 agenda permasalahan penting sehubungan dengan ikhtiar mengoptimalkan peran
dakwah:
1. Berkaitan
dengan pla-pola pengembangan dakwah yang selama ini di lakukan oleh para
juru dakwah baik secara individual maupun kelembagaan.
2. Berkenaan
dengan muatan pesan yang di sampaikan pada setiap kesempatan dakwah di lakukan.
3. Berkenaan
dengan pentingnya di rumuskan ulangsuatu pendekatan aternatif dalam
memperkenalkan islam secara khonferensif persuasive di tengan perkembangan
teknologi infor masi dan komunikasi
b.
Dakwah
di dunia maya
Tugas
profetika dakwah memiliki jangkauan luas dan memliki cirri
1. Akwah
yang multidialogis
2. Dakwah
yangintegratif dan fungsional
Suatu
interaksi yang memeperkenalkan nilai-nilai
islam dan konsep-konsep islami
secara lebih operasional sekaligus
mengupayakan realisasinya dalam kehidupan umat manusia dalam segala aspeknya,baik dalam tingkat
individu maupun komunitas.
BAB VII
RAGAM BENTUK MEDIA MASSA
Jika
tidak memanfaatkan perkembangan media,dakwah
akan terlempar menjadi korban media,jika para dak’I tidak akrab memanfaatkan
media,mustahil suatu saat akan teralienasi dari kehidupan masyarakat maka dari
itu harus banyak memahami ragam bentuk media seperti:
a.
Media
( komunikasi ) massa
Media massa
merupakan alat bantu utama dalam proses kominikasi,bearti suatu kegiayan yang
menggunakan media.seperti Koran,majala,film,radio dan lain sebagainya
1.
Jurnalistik
media cetak
a.
Surat kabar
b.
Majala
c.
Buku
2.
Jurnalisik
media elektronik
a.
Radio
3.
Juralistik
foto
DAKWAH LEWAT MEDIA TULIS
Penulis,stradara,
perancang busana dan actor juga sebetulnya terlibat dalam kegiatan dakwah.ahkan
dengan sikapnya yang terkomendasi usia dakwah tulisan akan jauh lebih panjang
di banding dkwah lisan.akan di lakukan seperti:
a.
Merakit tradisi
menulis
Inilah dakwah
berkesinambungan.melalui karya tulis,dakwah tidak pernah terhalang oleh usia
sekalipu.dakwah akan tetap berjalan tanpa bats pisik yang serin menjadi factor
batalnya rencananya dakwah
b.
Budaya tutur vs
budaya tulis
Bahasa
lisan di atas mimbar memang berbeda dengan bahasa biasa yang kit abaca berbagai
media cetak.sekurang-kurangnya karya tulis yang tidak kaidah-kaidah bahasa tilis tidak akan enak di
baca mmeskipun isisnya di anggap perlu.
MERAKIT KARYA TULIS
Meliputi
sebagai berikut:
1.
Menulis naskah
kasar
a. Anda
bisa membaca bahan bacaan secara bebas
b. Anda
dapat melakukan kontrak dengan sejumlah penulis lainnya
2.
Revisi dan
menulis ulang
a.
menelaah terhadap organisasi tulisan
b.
penyusunan ulang paragrafatau alenia
FILM MEMPERMUDAH JALAN DAKWAH
Babyak
film yang di kategorikan sebagai film dakwah salah satu di antranya seperti
kisah para walisongo, kisah-kisah ayat-ayat alquan banyak lagi yang lainnya
yang bernilakan akwah di dalamnya.
untuk
menyiasati kecendrungan masyarakat lewatkekuatan persuasi yang di
milikinya,film dapat melakukan usaha-usaha yang sulit di lakukan oleh media
yang lain,mempermudah jalan yang semestinya di lalui oleh dakwah.oleh
karenanitu yang patut di pikirkan sekarang,bagai mana insane-insan film,berbuat
untuk menyebarkan pesan-pesan moral yang lebih konstruktif,ketimbang isu-isu social yang cendrung destruktif.
SINETRON MODERNISME DONGENG
Kini
setelah media komunikasi dan informasi semangkin berkembang,dongeng mlai di
rancang dalam kemaan teknologi dengan kekuatan tarik yang lebih besar.dalam
konteks seperti itu senetron dasarnya merupakan bentuk modrenisme dongen yang
di sajikan secara khas untuk untuk mennkatkan daya tarik sesuai dengan tuntunan
zaman pada saat ini.
Kebudayan Islam-Sunda Dalam Media
Hubungan
antara komukasi dan kebudayaan menjadi penting di pahami terutama untuk
menggambarkan prilaku komunkasi masyarakat sunda dalam mengartikulasikan
kepentingan aatu mendeskripsikan kehendak insane yang di perankanya.aktifitas
komunikasi suatu masyarakat berlangsun dengan melibatkan budaya.sebaliknya
dengan melibatkan budaya.melalui pengaruh budaya,orang-orang dapat saling
mengomunikasikan setiap pesan dengan sesame.
Kohkol-Beduk Media Komunikasi
Tradisional Masyarakat Muslim Pedesaan
KOHKOL
atu kentongan dan bedug merupakan dua media tradisional.
Kentongan
itu berbunyi tiga kali.seseorang sengaja mendatangi masjid untuk manabuh
kentong.ia memukulnya berulang-ulang sebanyak tga kali.lalu di ikuti oleh
masjid lain untuk meneruskan suara agar dapat menjangkau wilayah yang lebih
luas.dengan bunyi seperti itu ,mayarakat sekitar pun segerah mengetahui kalau
seorang dari warganya meninggal
dunia.tanpa ada brokrasi atau perintah,mereka langsung saling bahu membahu
menyiapkan segala keperluan untuk mengurus jenazah.
Semua
ini terjadi karena:
1. Terpeliharanya
tradisi
2. Ekpresi
bahasa,rasa, dan budaya
JURNALISTIK DAKWAH
1.
CNN haji jurnalis
Posisi
jurnalis dalam usaha dakwah islam
Dengan
demikian,di sinilah telah di perkirakan arti strategi perlu di kembangkannya
study-study kejernalistikan pada lembaga –lembag pendidikan tingi agama
islam,khususnya untuk memberikan kontribusi akademis tentang pentingnya
memperhatikan model dakwah di era media massa.pada program-program setudy di
maksud dapat di kembangkan beberapa kajian yang mungkin masih lebih bersipat
komplementer sehingga kemudian dapat di temukan rumus-rimus baru cara dakwah
islam pada masyarakat abad ke 21 ansya Allah.
PERS DAN PENYEBARAN PESAN-PESAN
AGAMA
Pres,
baik medi cetak maupun elektronik,meruakan saluran penyebaran informasi yang
cukup efektif dan efesien.inilah barangkali cara lain dalam menerjemahkan
perinsip islam seperti di syaratkan oleh Nabi Muhammad SAWyang di rumuskan
dalam sepeninggal kalimat ‘ala qodri uqulihim.
Karena
itu sampaikanlah pesan –pesan agama secara arif dan bijaksana dengan
menggunakan bahasa kaum dimana komunikasi itu berlangsung pres,
KOMUNIKASI PEMBELAJARA
Komunikasi
pembelajaran dapt di lakukan seperti, kominikasi dan kepribadian
1. Komunikasi
blajar mengajar,sepertti halnya akan terjadi sebuah
a. Kontak
b. Konteks
c. Konten
2. Aktif
kreaktif,efektif,dan menyenangkan
3. Pembelajaran
kontekstual
MENDIDIK ANAK TAFSIR
KOMUNIKASI QS.ASH SHAFFAAT:102
Proses
pendidikan bagi anak usia dini dalam prespektif islam salah satunya di
gambarkan al quran dalam surat ash
shaffaat ayat 102
1. Anak,di
antara sekolah dan rumah
2. Membangun
citra komunikasi dalam keluarga
Jadi,sederhanaya
komunikasi pembelajaran sejatinya dapat berlangsung atas dasar tuntunan hati
nurani melalui bahasa,rasa sehinggaterbentuk keterkaitan pisikologis secara
utuh dalam nuansa kebersamaan dan penuh pengertian.
MEMBANGUN KOMUNIKASI UMAT
Menmbangun
komunikasi umat melalui sebagai berikut:
1. Komunikasi
social tradisional
2. Di
balik tradisi IED
Di
sisni titik penting komunikasi yang secara cultural berlangsung secara alamiah
tradisional membangun tatanan umat yang lebih kuat.lebih-lebih jika proes
komunikasi itu berlangsung dalam akar tradisi ke agamaan.jadi lewat
komunikasilah suatu interaksi dapat saling memberikan fungsi.
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA
MASYARAKAT MULTI AGAMA
1. Interaksi
dan komunikasi
2. Komunikasi
lintas budaya dan agama
3. Aktivitas
social masyarakat permukiman
Usaha
pemerintahan lokat berkaitan dengan membina kehidupan beragam di lingkungan
permukiman madani masih di lakukan dalam batsan-batasan wilayah
formal.sedangkan usaha pembinaan dan kerjasama antar organissi ke agamaan
dengan pemerintah setempat lebih banyak di lakukan oleh RW dan DKM di daerahnya
maing-masing.
REFERENSI
Prof. DR. Asep Saeful Muhtadi (Komunikasi Dakwah) Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
sekian yang dapat saya jabarkan semoga bermanfaat dan terima kasih sahabat telah mampir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar