BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Al-Quran tidak henti-hentinya diteliti dan dikaji. Kandungan kitab suci
tersebut terus menerus digali oleh para pengkajinya. Mereka berusaha menemukan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang otentisitas Al-Quran, kebenaran
kandungannya, nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya, dan eksistensi
al-Quran sebagai mukjizat abadi Nabi Muhammad saw.
Kajian al-Quran sebagai mukjizat ini berkenaan dengan kehebatan Al-Quran
dalam menantang dan mengalahkan berbagai upaya orang-orang yang mencari atau
mencari-cari kekurangan atau kelemahan Al-Quran. Tantangan Al-Quran dan
kemampuan mengalahkan “musuh-musuhnya” itu ini dinamakan i’jaz atau
mukjizat al-Quran.
I’jaz atau mukjizat Al-Quran adalah studi tentang
bagaimana Al-Quran mampu melindungi dirinya dari beragam “serangan”, baik yang
berbentuk ketidakpercayaan, maupun keragu-raguan sampai pengingkaran terhadapnya.
Pada saat yang sama Al-Quran juga mampu melakukan counter attack yang mampu mementahkan dan mengalahkan
serangan-serangan tersebut.
Makalah ini akan membahas tentang pengertian i’jaz dan
mukjizat, jenis-jenis mukjizat, segi-segi kemukjizatan Al-Quran, dan
faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dan ketidakmampuan bangsa Arab dan
manusia pada umumnya-dalam menandingi Al-Quran.
Salah
satu objek penting lainnya dalam kajian
ulumul Al-Qur’an adalah perbincangan mengenai mukjizat, terutama mukjizat Al-Qur’an. Karena dengan
perantara mukjizat Allah mengingatkan manusia, bahwa para rasul itu merupakan
utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang telah di
berikan kepada para Nabi mempunyai fungsi sama yaitu untuk memainkan peranannya
dan mengatasi kepandaian kaum disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu
berada di atas segala-galanya.
Adapun
tujuan mukjizat itu, untuk
pengarahan yang ditujukan pada suatu umat yang berkaitan dengan pengetahuan
mereka, karena Allah tidak mengarahkan suatu umat pada hal-hal yang mereka
tidak ketahui, dan di situlah letak nilai mukjizat yang telah di berikan kepada
Nabi.
1.2. Maksud
dan Tujuan.
Adapun
maksud dan tujuan disusunnya makalah ini, diantaranya :
- Sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Study Al-Qur’an.
- Menambah wawasan dan cakrawala akan I’jaz Al-Qur’an guna pengetahuan dan peningkatan iman.
- Merinci lebih dalam lagi akan mukjizat yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
1.3. Rumusan
Masalah.
Pada
pembahasan kali ini rumusan masalah yang digunakan diantaranya :
1.
Apa pengertian tentang I’jaz?
2.
Apa saja segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an?
3.
Apa saja faedah kemukjizatan Al-Qur’an?
1.4. Batasan
Masalah.
Agar
pembahasan sesuai dengan materi yang dikaji, maka pemakalah membatasi
pembahasan hanya pada apa yang tertera pada rumusan masalah. Dengan maksud agar
pembahasan lebih terarah pada alur materinya dan tidak terlalu melebar jauh
sehingga akan dapat lebih mudah dalam memahaminya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian I’jaz Al-Qur’an.
Dari
segi bahasa kata I’jaz berasal dari kata a’jaz-yujizu-I’jaz
yang berarti melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan
kelemahan atau memperlemah.[1]
Secara umum I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu yang
merupakan lawan dari ketidak berdayaan.[2]
Oleh karena itu apabila kemukjizatan itu telah terbukti, maka nampaklah
kemampuan mukjizat. Sedang yang dimaksud dengan Ijaz secara terminology ilmu
Al-Qur’an adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberpa ahli sebagai berikut
:
- Menurut Manna Khalil Al-Qaththan.
I’jaz adalah menampakkan kebenaran
Nabi SAW dalam pengakuaan orang lain sebagai rasul utusan Allah SWT dengan
menampakan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi
mukjizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an dan kelemahan-kelemahan generasi sesudah
mereka.[3]
- Sedangkan menurut Ali al-Shabuniy.
I’jaz ialah menetapkan kelemahan
manusia baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk menandingi hal yang
serupa dengannya, maka mukjizat merupakan bukti yang datangnya dari Allah swt
yang diberikan kepada hamba-Nya untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan dan
kenabianya.
Sedangkan
mukjizat adalah perkara yang luar biasa yang disertai dengan tantangan yang
tidak mungkin dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun. Muhammad Bakar
Ismail menegaskan mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dan diikuti
tantangan yang diberikan oleh Allah swt kepada nabi-nabiNya sebagai hujjah dan
bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya yang
bersumber dari Allah swt.
Dari
ketiga definisi di atas dapat di fahami antara I’jaz dan mukjizat itu dapat
dikatakan melemahkan. Hanya saja pengertian I’jaz di atas mengesankan batasan
yang lebih spesifik, yaitu Al-Qur’an. Sedangkan pengertian mukjizat, menegaskan
batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya berupa Al-Qur’an, tetapi juga
perkara-perkara lain yang tidak mampu dijangkau manusia secara keseluruhan.
Dengan demikian dalam konteks ini antara pengertian I’jaz dan mukjizat itu
saling melengkapi, sehingga nampak jelas keistimewaan dari ketetapan-ketetapan
Allah yang khusus diberikan kepada Rasul-rasul pilihan-Nya sebagai salah satu
bukti kebenaran misi kerasulan yang dibawahnya.[4]
Ditampilkan
I’jaz atau mukjizat itu bukanlah semata-mata bertujuan untuk menampakkan
kelemahan manusia untuk menandinginya tetapi untuk menyakinkan mereka bahwa
Muhammad SAW adalah benar-benar utusan Allah Al-Qur’an dan itu benar-benar
diturunkan disisi Allah swt. Kepada Muhammad yang mana Al-Qur’an itu sama
sekali bukanlah perkataan manusia atau perkataan lainnya.
Al-Quran
digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang orang-orang pada masa beliau
dan generasi sesudahnya yang tidak percaya akan kebenaran Al-Qur’an sebagai
firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan tidak percaya akan risalah Nabi saw
dan ajaran yang di bawanya. Terhadap mereka sesungguhnya mereka memiliki tingkat fashahah dan balaghah
sedemikian tinggi dibidang bahasa Arab. Nabi meminta mereka untuk menandingi
Al-Qur’an dalam tiga tahapan,[5]
yaitu :
- Diajak bertanding dengan Al-Qur’an seluruhnya. Firman Allah SWT :
Artinya :
“Katakanlah, sesungguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya sekalipun sebagian mereka
menjadi pembantu bagi yang sebagian lagi”(Q.S. Al-Isra’: 88).[6]
- Diajak lagi mereka bertanding dengan sepuluh surat dari Al-Qur’an itu. Firman Allah SWT :
Artinya :
“Bahkan mereka mengatakan, –
Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu. Katakanlah (kalau demikian) maka
datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya. Dan
panggilah orang-orang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang
orang-orang yang benar. Jika mereka yang kamu panggil itun tidak menerima
seruanmu (ajakanmu) itu, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Al-Qur’an itu
diturunkan dengan ilmu Allah” (Q.S. Hud: 13-14)[7]
- Sudah itu diajak lagi bertanding dengan satu surat saja. Allah berfirman :
Artinya :
“Atau (patutkah) mereka mengatakan
Muhammad membuatnya. Katakanlah (kalau benar yang kamu katakan itu) maka
cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya” (Q.S. Yunus: 38)[8]
Kelahiran
ilmu kalam di dalam Islam mempunyai
implikasi lebih tepat untuk di katakan sebagai kalam. Di dalam kalam,
dimana tokoh-tokoh ilmu kalam ini mulai tampak ketika membicarakan kemakhlukan
Qur’an maka pendapat dan pandangan mereka berbeda-beda dan beraneka ragam.[9]
- Abu Ishaq Ibrahim an-Nizam dan pengikutnya dari kaum syi’ah berpendapat, kemukjizatan Al-Qur’an adalah dengan cara sirfah (pemalingan). Arti sirfah dalam pandangan an-Nizam ialah bahwa Allah memalingkan orang-orang Arab untuk menentang Al-Qur’an, padahal sebenarnya mereka mampu menghadapinya. Pendapat tentang sirfah ini batil dan di tolak oleh Al-Qur’an sendiri pada surah Al-Isra’ ayat 88 yang telah tercantum di atas.
- Satu golongan ulama berpendapat Al-Qur’an itu mukjizat dengan balaghah-Nya yang mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingannya.
- Sebagian yang lain berpendapat segi kemukjizatan Al-Qur’an itu ialah karena mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang dikenal dalam perkataan orang Arab.
- Golongan yang lain berpendapat bahwa Al-Qur’an itu terletak pada pemberitaannya tentang hal-hal ghaib yang akan datang yang tidak dapat diketahui kecuali dengan wahyu
- Satu golongan berpendapat Al-Qur’an itu mukjizat karena ia mengandung bermacam-macam ilmu hikmah yang sangat dalam.
2.2. Segi
Kemukjizatan Al-Qur’an.
- Segi kebahasaan.
Kendatipun
Al-Qur’an, hadis qudsi dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut Nabi tetapi
uslub atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Al Qur’an muncul dengan uslub
yang begitu indah. Uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila di
bandingkan dengan lainnya.[10]
Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang mengandung tasybih (penyerupaan) yang disusun
dalam bentuk bahasa yang sangat indah lagi mempesona, jauh lebih indah daripada
apa yang dibuat oleh penyair dan sastrawan. Contoh dalam surat Al-Qori’ah ayat
5, Allah SWT berfirman :
Artinya :
“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang di
hambur-hamburkan”. (Q.S. Al-Qoriah: 5)[11]
Kemukjizatan
Al-Qur’an dari segi bahasanya bisa kita lihat dari tiga hal yaitu :
- Nada dan langgamnya .
Ayat-
ayat Al-Qur’an bukanlah syair atau puisi tetapi kalau kita dengar akan nampak
keunikan dalam irama dan ritmenya. Hal ini disebabkan oleh huruf dari kata –
kata yang dipilih melahirkan keserasian bunyi dan kemudian kumpulan kata –
kata itu melahirkan pula keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat-
ayatnya .
- Singkat dan padat .
Dalam
Al-Qur’an banyak kita jumpai ayat- ayat nya singkat tetapi padat artinya ,
sehingga menyababkan berbagai macam pemahaman dari setiap mereka yang
membacanya .
- Memuaskan para pemikir kebanyakan orang .
Bagi
orang awam, ayat Al-Qur’an mungkin terasa biasa, tetapi bagi para filosof dengan
ayat yang sama akan melahirkan pemahaman yang luar biasa .
- Hukum Ilahi yang sempurna.
Al-Qur’an menjelaskan pokok akidah, norma-norma
keutamaan, sopan-santun, undang-undang, ekonomi, politik, sosial dan
kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah. Apabila kita memperhatikan
pokok-pokok ibadah, kita akan memperoleh kenyataan bahwa Islam telah
memperluasnya dan menganekaragamkan serta meramunya menjadi ibadah amaliyah,
seperti zakat dan sedekah. Ada juga yang berupa ibadah amaliyah sekaligus ibadah
badaniyah, seperti berjuang di jalan Allah.
Tentang
akidah Al-Qur’an mengajak umat manusia pada akidah yang suci dan tinggi, yakni
beriman kepada Allah Yang Maha Agung, menyatakan adanya nabi dan rasul serta
mempercayai kitab samawi.
Dalam
bidang undang-undang, Al-Qur’an telah menetapkan kaidah-kaidah mengenai
perdata, pidana, politik, dan ekonomi. Adapun mengenai hubungan internasional,
Al-Qur’an telah menetapkan dasar-dasar yang paling sempurna dan adil, baik
dalam keadaan damai maupun perang. Al-Qur’an menggunakan dua cara tatkala
menetapkan sebuah ketentuan hukum,[12]
yaitu :
- Secara global, persoalan ibadah umumya diterangkan secara global, sedangkan perinciannya diserahkan kepada para ulama melalui ijtihad.
- Hukum yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan utang-piutang, makanan yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.
- Gaya bahasa.
Gaya
bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona.
Al-Qur’an secara tegas menentang semua sastrawan para orator Arab untuk
menandingi ketinggian Al-Qur’an baik bahasa maupun susunannya. Setiap kali
mereka mencoba menandingi, mereka mengalami kesulitan dan kegagalan dan bahkan
mencapat cemoohan dari masyarakat. Diantara pendusta dan musyrik Arab pada saat
itu yang berusaha untuk menandingi ialah Musailimah Kadzdzab dan tokoh-tokoh
masyarakat Arab lain pada waktu itu yang ingin menandingi kalam Allah itu,
namun selalu mengalami kegagalan.
- Berita tentang hal-hal ghaib.
Sebagian
ulama mengatakan bahwa mukjizat Al-Qur’an itu adalah berita-berita ghaib. Fir’aun,
yang mengejar-ngejar Musa, diceritakan dalam surat Yunus ayat 92 Allah SWT berfirman :
Artinya :
“Maka pada
hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahnya dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuatan kami” (Q.S. Yunus: 92)[13]
Selanjutnya,
cerita peperangan Romawi dengan Persia yang dijelaskan dalam surat Ar-rum ayat
1-5 merupakan satu berita ghaib lainnya yang disampaikan Al-Qur’an, Allah SWT
berfirman:
Artinya :
“Alif Laam Miim. Telah dikalahkan
bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan
menang, dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah lah urusan sebelum dan sesudah
mereka menang. Dan di hari kemenangan bangsa Romawi itu bergembiralah
orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja
yang dikehendaki-Nya, dan Dia lah Maha Perkasa lagi Maha Penyayang”.(Q.S. Ar-Rum: 1-5)[14]
- Isyarat-isyarat ilmah.
Banyak
sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur’an, misalnya:
- Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan sebagaimana yang dijelaskan firman Allah SWT berikut:
Artinya :
“Dia-lah yang menjadikan matahari
bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya munzilah-munzilah
(tempat-tempat) bagi perjalan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun
dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu, melainkan
dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui.” (Q.S. Yunus: 5).[15]
- Adanya nurani (super ego) dan bawah sadar manusia, sebagaimana diisyaratkan firman Allah SWT berikut:
Artinya :
“Bahkan manusia itu menjadi saksi
atas dirinya sendiri meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. (Q.S. Al-Qiyamah: 14)[16]
- Masa penyusuan yang tepat dan masa kehamilan minimal sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT yang artinya yang artinya :
Artinya :
“Para ibu hendaklah menyusukan
anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makanan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang makruf.” (Q.S. Al-Baqarah: 233)[17]
- Ketinggian redaksinya.
Keseimbangan
antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Beberapa contoh diantaranya :
- Al-hayah (hidup) dan al-maut (mati),masing-masing sebanyak 145 kali.
- An-naf (manfaat) dan Al-madharah (mudarat),masing-masing sebanyak 50 kali.
- Al-har (panas) al-bard (dingin) masing-masing 4 kali.
- Ash-shalihat (kebajikan) dan as-sayyiat (keburukan),masing-masing167 kali.
- Ath-thuma’ninah (kelapangan/ketenangan) dan adh-dhiq (kesempitan/ kekesalan), masing-masing13 kali.
- Ar-rabah (cemas/takut) dan ar-raghbah (harap/ingin),masing-masing 8 kali.
- Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali.
- Ash-shayf (musim panas) dan asy-syita (musim dingin), masing-masing 1 kali
Selanjutnya
keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang
dikandungnya, diantaranya :
- Al-harts dan az-zira’ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali.
- Al-‘usb dan adh-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing sebanyak 27 kali.
- Adh-dhallun dan al-mawta (orang sesat/mati jiwanya),masing-masing 17 kali.
- Al-Qur’an, al-wahyu dan al-islam (Al-quran, wahyu, dan islam), masing-masing sebanyak 70 kali.
- Al-‘aql dan an-nur (akal dan cahaya), masing-masing 49 kali.
- Al-jahr dan al-‘alaniyah (nyata),masing-masing 16 kali; Ketelitian redaksi Alqur an bergantung pada hal berikut.
Kemudian
keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan
akibatnya, diantaranya :
- Al-infaq (infaq) dngan ar-ridha (kerelaan),masing-masing 73 kali.
- Al-bukhl (kekikiran) dengan al- hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali.
- Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan an-nar/al-ahraq (neraka/pembakaran), masing-masing 32 kali.
- As-salam (kedamaian) dernagan Ath-thayybat (kebajikan), masing-masing 60 kali.
Kemudian
keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya, diantaranya :
- Al-israf (pemborosan) , dengan as-sur’ah (ketergesaan), masing-masing 23 kali.
- Al- maw’izhah (nasehat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing 25 kali.
- Al- asra (tawanan) dengan al- harb (perang) masing- masing 6 kali.
- As-salam (kedamaian) dengan ath-thayyibat (kebajikan) masing-masing 60 kali.
Disamping
keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus, yaitu :
- Kata yawn; (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari yang menunjukkan bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat du belas kali sama dengan jumlah dalam setahun.
- Al-quran menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 29, surat Al-isra’ (17) ayat 44, surat Al-Mu’minun (23) ayat 86, surat Fushilat (41) ayat 12, surat Ath-Thalaq (65) ayat12, surat Al-mulk (67) ayat 3, dan surat Nuh (71) aya 15. Selain itu, penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam 7 ayat.
- Kata-kata yang menunjukan kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi nada peringatan), semuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul, dan pembawa berita tersebut, yakni 518
2.3. Faedah I’jaz Al-Qur’an.
I’jaz
Al-Qur’an dapat memberikan manfaat bagi orang yang mempelajari dan mengkaji. Baik
itu orang awam ataupun para ilmuan, cendikiawan, dan semua kalangan manusia yang
senantiasa mempergunakan akal sehatnya. Adapun manfaat yang dapat dipetik dari
I’jaz Al-Qur’an akan disebutkan dibawah ini :
- Kelembutan, keindahan, keserasian kalimat dan redaksial Al-Qur’an dapat memberikan kesegaran kepada akal dan hati, baik orang awam ataupun kaum cendikiawan.
- Gaya bahasa yang indah dapat dijadikan sebagai media dakwah untuk menarik hati orang.
- Dengan adanya berita-berita ghaib, itu dapat dijadikan ibrah guna memperkokoh iman kepada Allah dan membimbing perbuatan ke arah yang benar.
- Dapat dijadikan hujjah dalam menyampaikan kebenaran Al-Qur’an bagi orang-orang yang ragu.
- Dapat mengokohkan keyakinan akan kebenaran Risalah Muhammad SAW.
- Dapat mengetahui keagungan Allah dengan mengenal isyarat ilmiah yang ada di alam dunia.
- Dapat menjadi motivasi untuk selalu bereksperimen, berinovasi, dan berkarya dalam ilmu pengetahuan.
- Mengetahui kelemahan dan kekurangan manusia.
- Aturan-aturan hukumnya dapat dijadikan sebagai landasan dalam beribadah, baik ibadah secara vertikal ataupun horizontal.
- Dapat menjaga kehormatan, harta, jiwa, akal, dan keturunan dengan menganut dan mengindahkan tasyri-Nya.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan.
Kajian al-Quran sebagai mukjizat ini berkenaan dengan kehebatan Al-Quran
dalam menantang dan mengalahkan berbagai upaya orang-orang yang mencari atau
mencari-cari kekurangan atau kelemahan Al-Quran. Tantangan Al-Quran dan
kemampuan mengalahkan “musuh-musuhnya” itu ini dinamakan i’jaz atau
mukjizat al-Quran.
I’jaz atau mukjizat Al-Quran adalah studi tentang
bagaimana Al-Quran mampu melindungi dirinya dari beragam “serangan”, baik yang
berbentuk ketidakpercayaan, maupun keragu-raguan sampai pengingkaran terhadapnya.
Pada saat yang sama Al-Quran juga mampu melakukan counter attack yang mampu mementahkan dan mengalahkan
serangan-serangan tersebut.
3.2. Pesan
dan Saran.
Dalam
kesempatan kali ini pemakalah ingin menyampaikan beberapa pesan dan saran untuk
pemakalah khususnya dan untuk pembaca sekalian umumnya, diantaranya :
- Dalami kajian akan mukjizat yang terdapat di dalam Al-Qur’an agar mampu meningkatkan keimanan kita kepada Kitabullah yang merupakan pedoman bagi manusia tersebut.
- Belajarlah untuk memahami Al-Qur’an sebagai imam dan kita sebagai makmum yang mengikutinya, karena tidak akan dapat kita pungkiri lagi hal tersebut seperti satu contoh bahwasanya banyak sekalai mukjizat di dalam Al-Qur’an yang manusia sendiri tidak akan dapat menandinginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar